Berjuang dari sisi lain
Tata Negara dalam Agama
A. PENDAHULUAN
Sebelum kita melengkah lebih jauh, kita terlebih dahulu untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk negara dalam konsep dan teori modern pada saat ini, terbagi menjadi dalam dua hal bentuknya suatu negara yang ada yaitu ;Pertama, Negara Kesatuan (Unitarisme). Kedua, Negara Serikat (Federasi). Negara Kesatuan merupakan suatu bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu penguasa dalam satu negara yang mengatur daerah untuk itulah ada dua macam pungsi, yaitu:
Maka terlihatlah bahwa Indonesia termasuk kepada bentuk negara yang pertama yang sangat mengedepankan umat yang berasaskan sistem pemerintahan yang Demokratis yaitu Negara yang pimpin pemerintahan tertinggi negara terletak di tangan rakyat sehingga rakyatlah yang memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahan.
B. NEGARA, AGAMA DAN ISLAM
Negara dan Agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan yang amat serius yang berkelanjutan di kalangan para ahli yang masih simpang siaur apakah negara sebagian dari agama apa agama yang menjadi bagian negaradan apakah negara bagian dogma dari agama, negara sendiri secara umum sering diartikan sebagai persekutauan bagi manusia yang hidupnya secara sosial, oleh karena itu negara sebagai jalur horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia.
Dalam hal ini ada bebarapa konsep cara memahami hubungan agama dan negara yang menerut beberapa aliran paham :
Dan terlebih lagi kita harus meahami tentang arti kata islam terlebih dahulu Karena kata Islam itu sendiri memiliki banyak arti yaitu; selamat dan menyelamatkan, bebas dari tekanan, saling melapangkan, dan lain-lain jika kita terjamahkan secara kontek bahasa lain akan mengarah kepada satu arah yaitu sampainya tujuan hidup kita semua yaitu rahmatan lil’alamin di dunia dan di hari kelak nanti.
C. RELASI ANTAR AGAMA DAN NEGARA
Sebelum melangkah lebih jauh lagi kita pahami terlebih dulu apa itu arti relasi agama dan negara ialah ketegangan perdebatan tentang hubungan agama dan negara ini diilhami oleh hubungan yang agak canggung antara islam sebagai (din) sedangkan negara sebagai (dawlah)sekarang pembahasan mulai kita kaitkan dengan berbagai pendapat itu, dalam islam hubungan antara agama dan negara sering dikaitkan dengan awal proses nabi Muhammad ketika berada di Madubah yang membangun sistem pemerintahan dalam sebuah negara kota dan di Madinah pula nabi menjadi kepala pemerintahan dan kepala suku agama.
Menyikapi hal yang seperti ini ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ‘posisi Nabi saat itu sebagai rosul yang bertugas menyampaikan ajaran al-Kitabbukan sebagai penguasa, kalaupun ada pemerintahan itu hanyalah sebuah alat untuk menyampaikan agama dan kekuasaan bukanlah agama.’
Dengan kata lain perlengkapan alat negara bukan suatu eksistensi sebuah agama sebagaimana mereka mengutip dari ayat suci Al-Qur’an : “sesungguhnya Kami telah turunkan Rosul-rosul Kami yang disertai keterang-keterangan, dan Kami turunkan bersama mereka Kitabdan timbangan, agar manusia berlaku adil, dan Kami turunkan besi, padanya ada kekuatan yang hebat dan menfaat-manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan (menolong) Rosul-Nya yang ghaib (dari padanya)”.Q.S 57:25). Dan sehingga mereka mengatakan bahwa agama yang benar wajib memiliki buku petunjuk dan pedang penolong, bagi mereka symbol pedang adalah sebagai suatu simbol mutlak bagi agama, akan tetapi kekuasaan bukanlah sebuah agama itu sendiri.
Dan menurut Syafi’I Maarif menegaskan bahwa dalam ayat suci Al-Qur’an istilah dawlah yang berarti negara tidak dijumpai dalam Al-qu’an akan tetapi dalam ayat suci Al-qur’an surat QS.al Hasy ayat 7, arti disitu bukanlah diartikan negara, akan tetapi melukiskan peredaraan atau pergantian tangan dan kekayaan, sehingga ada lagi yang menganggap bahwa prinsip-prinsip dasar kehidupan masyarak telah ditentukan dalam asunnah dan Al-qur’an tidak ada yang langsung dalam kaitan dengan ketatanegaraan.
Dalam lintasan sejarah dan opini para teoritis politik islam ditemukan ada beberapa hal yang amat penting yang terangkum menjadi tiga paradigma (sudut pandang) diantaranya :
1) Paradigma integralistik adalah bahwa negara dan agama merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (integrated).
(agama dan Negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu dan ini memberikan makna bahwa negara juga suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama.)
2) Paradigma simbiotik bahwa hubungan agama dan negara dipahami saling membutuhkan dan bersifat timbal balik , saling menguntungkan antara agama dan negara.
(Antara agama dan negara merupan dua entitas yang berbeda tapai saling membutuhkan oleh karenanya konstitusi yang berlaku dalam paradigma ini tidak saja berasal dari adanya sosial contract tetapi bisa saja diwarnai oleh hukum agama (syar’i).
3) Paradigma Sekularistik ini beranggapan bahwa ada pemisahan (desparitas) antara agama dan negara, jadi agama dan negara suatu bentuk yang berbeda dan dari keduanya tidak bisa saling intervensi. (agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan bidangnya masing-masing sehingga keberadaannya harus daipisahkan dan tidak beloh satu sama lain intervensi, berdasarkan pada pemahaman yang dekotomis ini mka hukum positif yang berlaku adanya hukum yang betul-betul berasal dari kesepakatan manusia melalui social contract dan tidak ada kaitannya dengan hukum agama (syar’i).
D. AWAL SEJARAH KERUNTUHAN ISLAM
Diawali dengan kebangkitan dan perluasan negara-negara Eropa yang berada di sebrang lautan telah menggerakan proses sejarah yang menjurus kepada kehancuran dunia Islam dengan lebih cepat, rentetan daerah-daerah dan tahun-tahun dapat memberikan gambaran jelas bagaimana dunia Islam diremuk di antara roda kemajuan nasionalisme Eropa.
Transsylvania dan Hugaria cepat jatuh ketangan Austria (1699) diikuti oleh Bosnia dalam tahun 1878. Di tahun 1830 Yunani memerdekakan dirinya sesudah revolusi yang disokong oelh negara-negara Barat dan di tahun 1878 menyusul Rumania, Bulgaria, Serbia dan Montenegro. Perang Balkan pada tahun 1911 merupakan pembebasan di eropa, dan hanya sebagian kecil saja di sebelah utara Istambul yang tetap di bawah kerajaan Usmani.
Sementara itu Rusia telah melakukan Azoz (1774), Krimea (1783) dan Bessarabia (1812). Daerah-daerah yang luas dari wilayah islam di Asia Tenggara jatuh ke bawah kekuasaan Rusia dalam abad kesembilan belas (19). Seperta apa yang di sebut dengan Republik Sovyet Islam seperti Azerbaizan, Kazakhistan, Uzbekistan, Turkmenistan, Tadzikistan dan Kirghizistan hingga dewasa ini termasuk daerah Uni Soviet. Persia dan Afganistan menjadi biang sengketa bagi imperialisme Inggris dan Rusia.
Sementara itu Inggris telah menaklukkan India, menghancurkan dinasti Mogul (1859), menduduki Malaka (1811), menguasai pantai-pantai Arabia selatan dan timur (sekitar 1840), Mesir di tahun 1882 dan Sudan di tahun 1898. sedangkan kepulawan Indonesia dikit demi sedikit jatuh kebawah kerajaan Belanda dan titahun 1903 Kesultanan Aceh yang megah iru digulingkan.
Aljazair sesudah perlawanan yang gagah berani di bawah peimpinan Abdul Qadir meninggalkan kesan mendalam juga di luar dunia arab (1845), Tunisia (1881) dan Maroko (1912) semuanya jatuh ketangan Pranci, sedangkan Italia pendatang kemudian di kalangan negara-negara colonial Barat menduduki Tripolitania di tahun 1911. hanya beberapa daerah Yaman, Nejd, Hejaz dengan Mekkah dan Madinah dan pusat daerah Turki dibiarkan oleh kebaikan hati negara-negara besar tetap bebas dari dominasi asing. Ini juga selanjutnya berubah sesudah menjadi perang Dunia pertam sehingga berpengarus dalam kancah dunia pendidikan Islam dinusantara dan seluruh Umat Islam yang ada dunia.
Seperti kerap terjadi dalam sejarah suatu bangsa, tekanan dari luar menimbulkan perlawanan dai dalam negri. Di abad 19 Pan-Islamisme yang berdasarkan gagasan berpengaruh dari Jalaluddin (seharusnya: Jamaluddi) al Afghani (m1879) telah timbul untuk menyatakan kesatuan dunia Islam yang di pengaruhi dan untuk melawan pengaruh politik dan kebudayaan Barat. Muridnya Muhammad Abduh (m1905) memberikan arah pembaharuan yang berarti bagi pemikir keagamaan Islam.
Dalam jurusan yang berlainan sekali dan lebih bersifat local, ialah meunculnya pemimin agama baru Mahdi di Sudan (1883-1891). Gerakan ini tertindas dengan susah payah oleh kekuatan tentara Inggris-Mesir. Semantara itu di Nejd di Arabia tengah timbul gerakan yang menimbulkan akibat politik yang lebih besar kaum Wahabi. Dan pemimpin mereka adalah Muhammad Ibnu Abdul Wahab (m1791) menghimbau untuk kembali kepada Islam asli di zaman Nabi. Atas dukungan metuanya Raja Najd.[1]
Penjajahan bangsa barat menerkam kami satu persatu , merobek-robek kami berkeping keeping sehingga sudah diperas. Kami dibiarkan saling membenci dan baku-hantam untuk kepentingan mereka, bukan untuk kepentingan kita[2]. Begitu kejamnya penjajahan yang telah dilakukan oleh kaum penjajah sehingga kebudayaan serta pendidikan yang telah berkembang pesak dikalangan umat Islam hancur dengan adanya kaum-kaum Imperialis Barat. Dan pada akhir semua itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan di Timur Tengah bahkan perkembangan pendidikan yang berada di tanah air Indonesia turut ikut dengan berbagai perkembangan pendidikan yang sudah terkontaminasi dengan perubahan-peruban yang sangat berbahas bagi generasi yang akan datang.
E. Tinjawan Prospektif
Pendidikan Islam di Negara Barat
Melihat kemajuan-kemajuan yang dicapai, sejarawan membagi beberapa kemajuan pendidikan dan Ilmu Pengetahuan yang dicapai oleh Umat Islam pada masa Abbasiyah antara lain:
1. Terdiri dari sembilan Khalifah (dari tahun 132 H-232 H / 750 M-847 M) yaitu Abdul Abbas (749-754 M), Al Rasyid (764-775 M), Al Mahdi (775-785 M), Al Hadi (785-786 M), Harus Al Rasyid (786-809 M), Al Amin (809-813 M), Al Ma’mun (813-833 M), Al Mu’tashim (833-842 M), dan Al Watsiq (842-847 M).
2. Dimulai dari khalifah Ke-X, Al Muttawakil (847-861 M) dan berakhir pada Khalifah Ke-XXXVII Al Musta’shim (1258 M).Fase kedua ini lebih dikenal sebagai masa ketidak stabilan yang berkesinambungan[3].
Ketika Clausewitz mengemukakan teori yang menyatakan bahwa untuk mengalahkan lawan, kuasi negaranya dan alat perangnya[4]. Maka terlihatlah bahwa kemajuan islam sangat maju pesat pada masa kejayaan Islam sebelum datangnya kaum imperialis kebangsa-bangsa yang berada di timur tengah, terlebih lagi ada bebeapa yang mengukapkan dari kaum tersebut bahwasanya suatu bangsa ketika itu harus dilawan dan mengawasi negara orang lain dan setelah itu barulah alat-alat perangkat perang setelah itu barulah pendidikkannya, untuk itu bangsa islam pada saat itu sangat maju dengan ilmu pengetahuannya.
Dan akan tetapi dengan adanya peperangan yang amat besar yang bertubi-tubi terhadap umat islam pada saat perang yang mengatas namakan Perang Salib yang terjadi sekitar abad ke-19.
F. TANTANGAN GLOBAL
Dalam perjalanan memasuki abad ke -21, era millenium ketiga, kesadaran global tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan kehendak untuk menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan (human centred development) tampak semakin jelas. Berbagai pertemuan internasional yang diprakarsai oleh UNESCO untuk menyoroti tema sentral tersebut telah diselenggarakan. Dalam dekade terakhir abad ke 20, pertemuan-pertemuan internasional, dari Jomtien ke Amman, dari Rio de Janeiro ke Cairo, dari Copenhagen ke Beijin, dari Istambul ke Roma, dari New Delhi ke Bali, dan dari Hamburg ke Mexico, mulai 10-14 April 1999, kembali lagi semangat itu diangkat dengan tema sentral Pendidikan untuk Semua dan Semua untuk Pendidikan (Education for All and All for Education) sebagai wujud kesadaran global terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran ini diperkuat oleh berbagai kenyataan yang terjadi secara meluas baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang
Pertama, suasana ketidakpastian dalam ekonomi dunia yang ditandai dengan resesi dunia yang berkepanjangan, menuntut kemampuan seluruh bangsa di dunia untuk meningkatkan produktivitas nasional mereka masing-masing. Dalam keadaan mereka tidak bisa menyandarkan lagi terhadap sumberdaya alam maka pilihan satu-satunya ialah meningkatkan nilai tambah produk-produk industri dengan mendayagunakan keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang. Berdasarkan hal tersebut, maka UNESCO dalam berbagai pertemuan internasionalnya rnengangkat tema perberdayaan (empowerment) yang sesungguhnya dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional dan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.[5]
Selain itu, kecenderungan-kecenderungan yang terjadi di kawasan Asia dan Pasifik akan tetap diwamai dengan kebhinekaan kepentingan. Yang menjadi persoalan mendasar adalah bagaimana menciptakan suasana kehidupan ekonomi, sosial dan politik sehingga kebhinekaan ini menjadi suatu kekuatan. Rekonsiliasi berbagai perbedaan kepentingan yang telah menjadi kecenderungan di kawasan Asia dan Pasifik perlu diupayakan secara maksimal. Perbedaan latar belakang budaya dan bahasa tampak sangat besar dalam kehidupan masyarakat di kawasan ini. Taraf kemajuan pembangunan pendidikan, sosial-ekonomi, politik dari iptek tampak sangat bervariasi.
Walaupun Eropah mempunyai banyak bahasa seperti: Inggeris, Belanda, Francis, Jerman dan Spanyol, semuanya berakar dari sumber oleh sebab itu reformasi pendidikan dan pengembangan SDM perlu diarahkan untuk menjawab tantangan global melalui peningkatan mutu dan relevansi pendidikan secara lebih meluas dan merata sehingga setiap anak Indonesia dapat meningkatkan kemampuannya secara maksimal.
Kedua,sebagai bangsa yang sedang mengalami proses industrialisasi, masyarakat dari negara-negara berkembang tampaknya berupaya sekuat-kuatnya untuk terus berkembang dan bergeser dari strukturnya yang tradisional menuju struktur moderen. Namun demikian, pergeseran ini ditandai beberapa indikator penting, di antaranya ialah pergeseran struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan struktur masyarakat tersebut berdimensi amat rumit sehingga menimbulkan perubahan mendasar di dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Semua ini menuntut langkah-langkah nyata untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat dan proses belajar yang tidak mempunyai batas (learning without fron-tiers).[6]
Ini berarti bahwa hanyalah pendidikan seperti itu yang sama sehingga mempunyai perbedaan yang relatif lebih kecil dibanding dengan negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Bahasa Arab, China, India, Melayu, Indonesia, Thai, Inggersis adalah bahasa-bahasa yang sangat berbeda. Perbedaan budaya di negara-negara kawasan Atlantik lebih sedikit di banding di Pasifik. Akibatnya kemungkinan timbulnya rasa kecurigaan, kesalahfahaman, saling tidal percaya antara bangsa mempunyai intensitas yang lebih tinggi di kawasar Asia dan Pasifik. yang dapat membawa proses transformasi bangsa ke arah tatanan kehidupan masyarakat maju.
Untuk memacu pengembangan kualitas sumberdaya manusia, Malaysia misalnya melalui pembangunan pendidikan dengan wawasan keunggulannya bertekad untuk menjadi negara maju menjelang tahun 2020. Meskipun pencanangan wawasan keunggulan itu baru dimulai pada tanggal 28 Pebruari 1991, Malaysia ternyata telah mencapai prestasi pembangunan yang relatif lebih maju di banding Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan. Demikian pula Filipina dalam era kepresidenan Fidel Ramos, negara itu kembali memperkuat wawasan keunggulan dalam semua segmen pembangunan pendidikan dengan orientasi yang kuat ke masa depan (To Win the Future).[7]Meskipun wawasan keunggulan itu baru dicanangkan dalam suatu gerakan New Vision of Society, namun langkah itu telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan.[8] Meskipun kedua negara tetangga ini dilanda krisis serupa seperti yang dialami Indonesia, namum mereka mempunyai kondisi yang jauh lebih stabil.
Ketiga, globalisasi yang semakin menggejala ini telah mengakibatkan batas-batas politik, ekonomi, dan sosial-budaya antar bangsa menjadi begitu transparan.[9]Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya negarayang unggul dalam bidang ekonomi dan penguasaan iptek sajalah yang akan dapat mengambil manfaat besar bagi globalisasi. Keunggulan dalam bidang dekonomi dan teknologi dapat dicapai terutama dengan SDM yang berkualitas. Jika kualitas SDM suatu negara lemah, maka banyak pelnang yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, terlewatkan atau terbuang sia-sia.[10]
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain, paradigma pembangunan secara keseluruhan perlu berubah dari ekosentris ke homosentris. Kekayaan alam suatu bangsa tidak lagi dapat dijadikan jaminan yang kelak menentukan taraf kemajuan suatu bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa hanyalah bangsa yang telah sadar membenahi pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM ternyata dapat menguasai secara ekonomi dan politik negara-negara yang kaya dengan sumberdaya alam tetapi dengan kualitas SDM yang rendah.
Keempat, tantangan lain yang cukup mendasar ialah terjadinya gejala yang dapat disebut kolonialisme dalam penguasaan iptek (science and technology imperialism). Dalam abad pasca kolonialisme selepas perang dunia cedua, bentuk-bentuk penjajahan politik sudah semakin berkurang di dunia, walaupun masih terjadi dalam skala lecil di beberapa belahan dunia. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa kolonialisme dalam bidang-bidang lain seperti dalam bidang ekonomi, budaya, dan Iptek juga urut di dalam percaturan dunia. Dengan demikian, pewaspadaan dan kesadaran untuk membendung merasuknya kolonialisme baru di bidang Iptek dan konomi, menggantikan kolonialisme politik yang sudah semakin kecil skalanya, sejak tahun 1960-an dalam tubuh negara-negara berkembang tampak semakin menguat.[11]Inprialisme baru ini hanya dapat dihindari apabila ikhtiaran pelaksanaan pembangunan pendidikan secara pungsional diarahkan bagi kepentingan semua warga dan semua berperan secara sungguh-sungguh untuk pendidikan (Education for All dnd All for Education).
G. TRANSFORMASI IPTEK DENGAN LANDASAN
NILAI-NILAI ISLAM
Ada anggapan bahwa agama dan sains pada tingkat tertentu berjalan tidak paralel, sehingga muncul pemi-kiran yang mengisyaratkan adanya dikotomi ilmu penge-tahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Karena itu, diperlukan adanya usaha yang diharapkan bisa mengin-tegrasikan keduanya. Di samping itu, ada anggapan lain bahwa kebudayaan dewasa ini yang sangat didominasi sains atau iptek cenderung menjauh dari norma dan nilai-nilai agama. Dengan adanya usaha integrasi agama dan iptek diharapkan memunculkan dampak terhadap suatu transformasi atau perubahan, yaitu yang pada awalnya kebudayaan diprediksikan cenderung kepada sesuatu yang tidak selaras dengan agama kemudian bisa dialihkan ke arah yang lebih selaras.
Sebagaimana kita ketahui bahwa iptek adalah produk unggulan budaya manusia yang dinilai melebihi produk budaya lainnya. Sebagai produk budaya, iptek tidak terlepas dari subyektivitas sang penemu atau sang pengembang. Dengan kata lain, iptek tidak bebas nilai, bahkan sarat dengan nilai. Antara lain adalah nilai ekonomi, dalam pengertian bahwa dalam iptek terkandung usaha dari para penemu atau pengembangnya untuk men-dapatkan nilai tambah yang bisa memberikan keuntung-an ekonomi.
Hal ini bisa dilihat dari adanya pelembagaan paten dari suatu penemuan (invention) dan pembaharuan (inovasi). Untuk mendapatkan akses kepemilikan hak paten dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Misalnya dalam bidang riset angkasa luar, maka salah satu bentuk aplikasi riset ini adalah satelit yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan militer, ramalan cuaca, komunikasi, dan televisi. Sedangkan untuk membuat perangkat keras satelit tersebut hingga peluncuran dan operasionalnya dibutuhkan dana milyaran rupiah.
Meskipun iptek sarat dengan nilai, tetapi tidak serta-merta buruk dan,bertentangan dengan nilai-nilai agama. Bahkan memberikan peluang untuk mengisinya dengan nilai-nilai agama sebagaimana yang kita kehendaki. Karena itu, upaya transformasi iptek dengan nilai-nilai agama sangat dimungkinkan. Namun, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa tidak semua aspek dari iptek mempunyai sisi negatif. Masih banyak sisi iptek yang positif dan sejalan dengan nilai-nilai agama, misalnya penemuan dalam bidang teknologi kedokteran seperti peralatan bedah mutakhir, dan obat-obatan yang memungkinkan penyembuhan berbagai jenis penyakit adalah sangat sejalan dengan nilai-nilai agama. Atau penemuan bahan kimia yang memungkinkan hasil produksi pertanian melimpah, dan masih banyak contoh positif lainnya yang menunjukkan keperolehan antara nilai agama dan iptek.
Tetapi ditinjau dari sisi lainnya, berkat kemajuan iptek dapat dikembangkan juga senjata pemusnah berat dan ini sangat bertolak belakang dengan rasa keadilan umat manusia bila dipergunakan untuk merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan semua makhluk hidup ciptaan Tuhan, dan secara otomatis bertentangan dengan nilai-nilai agama.(lihat: QS. 30: 41). Namun muncul suatu-pertanyaan; mungkinkah manusia tidak perlu mengembangkan senjata? Bukankah upaya mengembangkan senjata merupakan bagian dari manusia itu sendiri untuk melindungi dirinya dari serangan musuh?
Pertanyaan di atas sama dengan komentar; dari sisi mana upaya transformasi iptek yang dapat dilandasi ajaran agama? Mahdi Ghulsyani mengatakan bahwa upaya mengembangkan iptek kapan saja bisa dilakukan sepanjang iptek yang dikembangkan itu sesuai dengan tujuan keberadaan umat manusia, bukan untuk menghancurkan martabatnya.
Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa tujuan diciptakan umat manusia adalah untuk menyem-bah Tuhan.(QS. 51: 56). Untuk itu kita melihat dua ke-cenderungan yang diusahakan oleh ilmuwan muslim untuk melakukan transformasi iptek selaras dengan ajaran agama:
a). Umat Islam harus mempelajari dan mengembangkan iptek seperti apa yang berkembang saat ini disertai dengan sikap yang kritis dan selektif. Atau dengan kata lain, selalu melakukan aktivitas yang mengarah pada daya tindak dan daya pikir yang ilmiah (scientific inquiry) sehingga memiliki suatu kematangan
intelektual yang mapan dan tingkat penghayatan spiritual yang tinggi. Upaya ini diharapkan bisa meng-hasilkan suatu saham atau kontribusi dari umat Islam bagi pengembangan iptek yang berguna bagi kelang-sungan hidup umat manusia. Langkah semacam ini dinilai lebih mudah untuk merealisasikannya, asal-kan umat Islam benar-benar bekerja keras dan sangat serius dalam belajar serta tidak kenal lelah. Langkah ini juga yang ditempuh negara-negara baik yang menamakan diri sebagai negara Islam maupun yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
b). Langkah kedua adalah menyusun dan mengagenda-kan program Islamisasi iptek. Untuk merealisasikan program ini tidak semudah hanya semacam meren-canakan suatu planing, tetapi diperlukan kematangan pikiran, perhatian dan energi yang relatif luar biasa besarnya dari para cendekiawan Islam serta menda-pat dukungan moral dari umat Islam sendiri terutama dari pemerintah (berkaitan dengan ketersediaan dana). Usaha ke arah Islamisasi iptek ini sebenarnya telah dirintis oleh Prof Dr Ismail R Faruqi melalui makalahnya Islamisation of Knowledge. Langkah ini dinilai sebuah metode yang sangat revolusioner karena akan membongkar paradigma iptek dan buku-buku teks yang sampai saat ini masih beredar serta berusaha menggantinya dengan paradigma baru. Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk merealisasikan langkah ini adalah menyiapkan dan menye-diakan sumber daya manusia yang berkualitas dan penuh dedikasi dan yang tak kalah penting adalah menyediakan. dana yang reladf cukup banyak[12].
H. TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
DI NEGARA ISLAM
Bagi umat Islam Indonesia khususnya dalam menyikapi perkembangan iptek yang sangat pesat ini dan langkah yang akan dilakukan untuk transformasi iptek dengan nilai-nilai agama adalah setidak-tidaknya ada dua sikap dimunculkan:
Pertama, Umat Islam Indonesia harus berusaha ikut berpartisipasi dalam upaya menguasai dan berkompetisi untuk pertumbuhan dan perkembangan iptek di masa mendatang. Dan kita harus benar-benar menya-dari bahwa umat Islam secara makro sangat tertinggal di bidang penguasaan iptek. Namun, dengan adanya peningkatan kepedulian umat Islam terhadap perkembangan iptek akhir-akhir ini berarti merupakan langkah awal sebagai jawaban untuk mengejar ketertinggalan yang dirasakan, karena itu perlu adanya strategi untuk mencapai tujuan yang dimaksud antara lain:
a). Mempelajari dan menguasai kecenderungan terdepan daripertumbuhan dan perkembangan iptek (the state of the art of science] .
b). Melakukan usaha pribumisasi dari hasil studi pada butir pertama (a) dan harus disesuaikan dengan kon-disi lokal suatu bangsa. Karena banyak data yang menunjukkan bahwa faktor lokal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan iptek, misalnya pesantren salaf yang masih "alergi" terhadap perubahan.
c). Mengembangkan hasil usaha yang dicapai pada butir kedua (b) yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan bangsa.
d). Mengembangkan sains yang dinilai sesuai dengan norma yang disepakati oleh agama dan bangsa secara menyeluruh.
e). Membentuk lembaga etika yang berfungsi untuk melakukan kajian terhadap kecenderungan-kecen-derungan baru iptek yang bersentuhan dengan masa-lah moral bangsa.
Kedua, umat Islam Indonesia terlebih dahulu harus memiliki sikap kritis (sense of critic), inovatif (sense ofeno-vation), modernis (sense of modernisation) dan memahami teori keseimbangan (theory of equilibrium) dengan baik sebagai bekal untuk menilai secara selektif terhadap per-tumbuhan dan perkembangan iptek yang sangat pesat ini, sehingga bisa membuat konsep atau program yang diharapkan untuk meminimalisasi dampak negatif iptek yang akan dihadapi masyarakat luas. Konsep atau program yang menjadi planing itu setidak-tidaknya bisa memberikan solusi atau jalan keluar dari kemelut yang ditimbulkan dampak negatif perkembangan iptek. Misalnya, sesuatu yang menyangkut ketenagakerjaan (penggunaan robot versus tenaga manusia), perubahan-perubahan sosial yang ditimbulkan akibat diperkenalkannya suatu produk iptek (kasus diperkenalkannya program KB yang hingga kini masih berdampak pada remaja), kesenjangan kaya miskin atau perbedaan untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber produksi (kasus pinjaman Edy Tanzil di Bank, kemudahan yang diperoleh Gemala atau Kanindoteks), ketimpangan untuk memperoleh infor-masi (negara maju versus negara berkembang, kota versus desa, IBB versus IBT, Jawa versus luar Jawa), dan sebagainya.
Dalam kaitan ini keberadaan mahasiswa sebagai ilmuan muda yang dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki intelektual dan intelegensi yang tinggi berada pada posisi yang sangat sentral. Pelaku iptek di banyak perguruan tinggi ternama di luar negeri sebenarnya dilakukan pleh para mahasiswa baik yang mengambil jenjang SI, S2 maupun S3. Sedangkan fungsi dan kedudukan dosen dan guru besar hanya lebih banyak memberikan rangsangan dan sebagai tempat konsultasi. Kemudian mereka (baik para mahasiswa maupun dosen dan guru besar) bekerja sama dalam memajukan dan mengembangkan iptek berbeda jauh dengan situasi dan kondisi perguruantinggi yang ada di Indonesia, sehingga muncul suatu pertanyaan; bagaimana upaya mengoptimalkan peran mahasiswa Indonesia sehingga mereka benar-benar punya kontribusi terhadap pengembangan iptek?
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan para mahasiswa dalam menimba berbagai disiplin ilmu, yang harus dibenahi terlebih dahulu terutama struktur dan sistem yang diterapkan. Perguruan tinggi di Indonesia hingga saat ini masih mencari bentuk yang dinilai ideal untuk merangsang daya pikir dan daya tindak para mahasiswa. Program Tri Darma Perguruan Tinggi (pengajaran, penelitian dan pengabdian) yang diterapkan di masing-masing perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang dinilai berjalan baru darma pengajaran (itu pun belum optimal). Dari ketiga darma itu belum ada satu kesatuan.
Yang bisa mengangkat peran para mahasiswa, khususnya darma penelitian. Padahal darma penelitian inilah sebe-narnya yang menjadi jantung penggerak kegiatan daya tindak dan daya pikir mahasiswa yang mengarah pada pengembangan iptek. Sementara sisi yang umum ini belum berjalan baik, mana mungkin bisa sebuah pergu-ruan tinggi memasukkan nilai-nilai agama dalam pengembangan iptek?
Karena itu, umat Islam (baca: perguruan tinggi) yang ingin berperan serta dalam pengembangan iptek yang bernuansa nilai-nilai agama sangat memerlukan:
(1) Energi lebih. Namun, sungguh disayangkan dan harus disadari secara serius oleh umat Islam bahwa energi yang dipersiapkan untuk pengembangan iptek sangat lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang berasal dari negara maju.
(2) Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu hams memiliki jiwa menjelajah (adventure) karena relevan dengan beban yang diletakkan di pundaknya sebagai pengembang iptek. Banyak penemuan baru di bidang iptek sebagai buah dari hasil penjelajahan yang dilakukan tanpa kenal lelah dan tiada henti-hentinya, misalnya teknologi komputer dan informatika.
Jiwa menjelajah yang hams dimiliki setiap orang sangat sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an. Banyak ungkapan yang termaktub dalam Al-Qur'an agar umat manusia (baca: umat Islam) melakukan penyelidikan bebas terhadap alam semesta dan mempergunakan otaknya semaksimal mungkin. "Katakan/Perhatikan apa-apa yang ada di langit dan di bumi." (QS. 10:101). "Tidakkah kamu lihat bahwa Allah telah memperuntukkan bagimu segala apa yang di langit dan segala apa yang di bumi?"(QS. 31:20). "Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di sekitar jagat raya dan pada diri-diri mereka hingga menjadi jelas bagi mereka bahwa ia (Islam) itu benar. "(QS. 41: 53) [13]
Al-Qur'an juga menyuruh umat manusia agar selalu berpikir dan memperhatikan diri manusia sendiri. "Dan pada dirimu, mengapa tidak kamuperhatikan?”(QS. 51:21). "Atau tidakkah mereka memikirkan tentang diri mereka?"(QS. 30: 8). Di samping itu, Al-Qur'an melarang umat Islam mengikuti atau mengamalkan hal-hal yang tidak ilmiah semisal sihir, santet, tenung dan sebagainya. "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempu-nyai ilmu tentangnya." (QS. 17: 36)
(3) Upaya merealisasikan langkah di atas tidak begitu mudah, perlu usaha yang sangat serius dan penuh perjuangan yang tak kenal lelah. Karena itu, umat Islam harus benar-benar mencamkan firman Allah untuk dijadikan bekal sehingga memiliki pandangan yang jauh ke depan. "Dan orang-orangyang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah senantiasa beserta mereka yang berbuat kebajikan."(QS. 29: 69).
Berkaitan dengan ini, kemurnian mahasiswa sebagai gerakan moral (moral force) dan agen perubahan (agent of changes) akan dapat banyak membantu dalam upaya pengembangan umat manusia yang seimbang dalam semua dimensi material-spiritual, demokratis dan berjiwa kerakyatan. Lebih Janjut, dunia pesantren sebagai lem-baga sistem pendidikan lokal tertua di Indonesia dengan berbagai pengalamannya yang sangat panjang harus terus digali dan diadaptasikan dengan perkembangan dunia yang terus berubah. Barangkali itulah makna dari; "Apa bila kamu telah selesai melakukan sesuatu pekerjaan, maka rencanakanlah pekerjaan berikutnya. Hanya kepada Allah-lah kamu berharap." (QS. 94: 7-8)
Majalah Newsweek, edisi 5 Desember 1994, memuat wawancara menarik dengan Victor Riley, seorang banker yang berhasil. Tema wawancara adalah konsep pendidikan tinggi masa depan dan kaitannya dengan perkembangan iptek mutakhir, "High Tech and Higher Ed".[14] Riley berpendapat bahwa pendidikan di masa depan akan me-rasakan revolusi teknologi yang bisa merubah pola kehidupan umat manusia di muka bumi. Revolusi iptek yang paling dominan adalah teknologi informasi. Dan pada dasarnya mekanisme kerja adalah lebih mengarah untuk memproses informasi daripada memproses bahan men-tah. Berkat kecanggihan teknologi informasi, universitas-universitas di masa mendatang lebih sebagai more learner centered daripada sebagai class room based[15]. Ini diharapkan para pencari kerja (job seeker) adalah mahasiswa yang mempunyai pikiran dan sikap yang dewasa serta memperhitungkan sedemikian jauh dalam menetapkan jalur kariernya untuk meraih kesuksesan. Apabila ada perguruan tinggi yang tidak dapat mengantisipasi kecenderungan semacam di atas maka perguruan bersangkutan akan menjadi sejarah masa lampau.
Sejalan dengan pemikiran Riley, Paul Kennedy memperingatkan bahwa dalam menapak abad ke-21 menuju masyarakat yang global akan senantiasa terjadi tarik-menarik antara dunia pendidikan dan katastrop, yaitu ledakan penduduk, kerusakan lingkungan dan kemampuan umat manusia membunuh dalam skala massal. Karena itu, lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi harus bersikap fleksibel dalam segala bidang, dan dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara kondisional. Fleksibelitas ini membuat frekuensi mahasiswa yang melakukan cuti panjang sangat tinggi karena tuntutan kerja.
Dan di lingkungan kerja pun terjadi persaingan yang sangat kompetitif sesuai dengan adanya jenjang karier yang sangat cepat. Keberadaan mahasiswa di masa mendatang pada tahap awal hanya kuliah selama dua tahun, kemudian mengajukan cuti untuk memasuki dunia kerja, setelah mengetahui liku-liku dunia kerja, masuk kuliah lagi, lantas mencoba kembali masuk dunia kerja, dan pada tahap akhir berusaha menyelesaikan kuliahnya. Hal ini menuntut perubahan kurikulum dan administrasi yang benar-benar fleksibel.
Kecenderungan ini juga akan menyebabkan adanya perubahan terhadap institusi sosial. Maka di masa mendatang, saran Paul Kennedy, yang diperlukan adalah kerja sama pada semua aras (agama, suku, etnis, masyarakat dan bangsa). Dalam kerja sama itu peranan agama dan institusinya sangat penting dalam memberikan arah dan pedoman bagi para pemeluknya yang senantiasa mengalami ketidak pastian hidup, seperti yang menimpa mayoritas rakyat Amerika Serikat yang cenderung semakin konservatif dalam memahami agama. Karena itu diperlukan adanya pemerintahan yang tanggap dan dapat menyesuaikan diri serta antisipatif terhadap perubahan-perubahan dan tantangan-tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Demikian juga, para pengelola dan civitas akademika perguruan tinggi harus pandai dalam mengantisipasi gejolak zaman agar tidak mudah dilindas perubahan yang senantiasa bergerak cepat berkat kemajuan yang dihasilkan iptek.
Sebab itu, umat Islam tidak boleh terlalu terbuai dan hanya mengagumi terhadap kecanggihan yang dihasilkan iptek namun harus bisa menyikapi secara kritis dan arif, karena setiap tindakan dan sikap terhadap sesuatu apa pun harus di pertanggungjawabkan di hadapan Sang Khalik. Apalagi sudah mengetahui bahwa kemajuan iptek, terutama bidang teknologi informasi, mudah di-salah gunakan kecanggihannya. Misalnya, tontonan pornografi (cyberporn) yang bisa merusak moral suatu masyarakat terutama bagi anak-anak di bawah umur. Demikian juga, digunakan oleh para penjahat untuk pembobolan bank melalui akses online. Bagi seorang muslim, kemampuan yang dimiliki senantiasa diarahkan untuk membawa salamat bagi seluruh penghuni jagat raya (rahmatan LIl 'alamin), terutama kebaikan dan perbaikan kehidupan umat manusia.
Sebenarnya peranan agama punya pengaruh yang cukup vital terhadap pengembangan iptek dan kemajuan ekonomi suatu bangsa, bukan seperti yang dituduhkan banyak kalangan bahwa agama menjadi kendala bagi terbentuknya masyarakat modern yang ilmiah. Tesis ini seperti yang pernah dikemukakan F. Fukuyama dalam bukunya The End of History, yang sebagian cuplikannya, "The character of civil society and its intermediate associations rooted as it is in non rational like culture, relegion, tradition, and other premodern sources, will be key to the success of modern societies in a global economy". Kalau kita sepakat dengan pendapat F. Fukuyama maka agama yang disebut sebagai salah satu faktor nonrasional akan menjadi kunci sukses terbentuknya suatu masyarakat modern dalam tataran ekonomi yang mengglobal.
Memangapa yang dikemukakan di atas belum menunjukkan kepada kepraktisan di lapangan. Karena itu, gambaran teoritis tersebut hanya dapat bermakna dan berdaya guna lebih luas lagi bila dipraktekkan secara terus-menerus dalam kehidupan nyata, antara lain dalam kehidupan dunia akademis. Bukankah memang ada satu kesatuan antara keyakinan dan praktek serta antara iman dan amal shaleh?
I.KESIMPULAN
Di akhir era memasuki abad XXI, banyak kejutan yang muncul dari produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi canggih (iptek) seperti keberhasilan kloning terhadap domba yang diberi nama Dolly oleh laboratorium lan Walnut, Roslin Institut di Skotlandia. Respon terhadap masalah ini sangat menggema ke seluruh penjuru dunia. Berbagai media massa ternama di dunia membuat laporan utama. Intinya, semacam ketakutan terhadap masa depan eksistensi manusia karena kemajuan iptek di bidang biologi. Sehingga muncul pertanyaan, bisakah mengkloning manusia? Hampir semua agamawan menolak isu kloning ini (termasuk biolog Munawar Anees). Kasus di atas merupakan salah satu tantangan kemanusiaan dari berbagai permasalahan yang dihadapi umat beragama, khususnya umat Islam, di penghujung abad XX. Apalagi, di abad Xxi, tentu saja permasalahan yang dihadapi jelas semakin kompleks, baik di bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan budaya. mengajak berdiskusi lebih jauh dan mendalam untuk mencari problem solving terhadap permasalahan yang sedang dan akan dihadapi umat Islam.
Dalam Al-Qur'an lafal Allah paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan lafal-lafal lainnya Kata manusia atau lafal al-nas yang termaktub dalam Al-Qur'an paling banter hanya sepertiganya, dan lafal 'alam (alama semesta) lebih sedikit daripada kata manusia. Lafal Muhammad cukup banyak disebutkan dalam Al-Qur'an, bahkan ada satu surat (47) menggunakan nama Muhammad. Juga, sebutan terhadap berbagai identitas umat manusia cukup banyak di antaranya orang beriman, orang bertakwa, orang berilmu, orang kafir, orang lalim, orang munafik, dan banyak lagi lainnya. Sedangkan sifat-sifat Allah yang paling banyak disebut-sebut dalam Al-Qur'an.
Ada lima, yaitu Maha Penyayang, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Bijaksana dan Maha Kuasa. Banyak dan sedikitnya lafal yang disebutkan dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa posisi Sang Pencipta atau Kreator sangat dominan dalam menentukan kehidupan enghidupan semua unsur yang ada di alam semesta pengakuan terhadap Allah SWT yang ajaran-ajaran dimasyarakatkan oleh Nabi Muhammad saw merupukan jantung dari kehidupan orang-orang beragama. sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an, "Dialah mengutus Rasul-Nya dengan membawapetunjuk dan yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agamat. Dan cukuplah Allah sebagai saksi."(QS. 48: 28). Dengan demikian ajaran Allah sebenarnya mempunyai dimensi waktu, yaitu lampau, kini dan mendatang.
Dimensi lampau menunjukkan bahwa Islam mengajarkan sesungguhnya umat manusia tidak boleh lupa catatan sejarah. Atau dengan kata lain, masa lampaumerupakan tonggak sejarah untuk dijadikan sebagai ibrah guna dipetik hikmah yang terkandung di dalamnya. Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah juga belajar dari pengalaman-pengalaman para nabi dan rosul terdahulu.
Memang, pada dasarnya peradaban umat manusia mengenal monopoli suatu masa tertentu. Ibarat bangunan, fondasi dan batu batanya sudah diletakkan oleh orang-orang terdahulu. Dimensi kini hanya kemungkinan ada karena adanya masa lampau. Karena itu, sejarah merupakan cermin bagi generasi penerus agar bisa menbaca diri, mana catatan yang perlu dibuang dan mana yang perlu diteruskan dan dikembangkan. Tetapi kita tidak perlu romantisme pada sejarah dan hanya terpaku pada kejayaan masa lalu. Keberadaan sekarang dan prospektif masa mendatang senantiasa perlu mendapat perhatian. Bukankah waktu pada dasarnya adalah serentetan peristiwa?
Islam mengajarkan tentang keyakinan adanya hari akhirat sebagai kesatuan waktu antara masa lampau dan kini. Ini menunjukkan bahwa umat Islam diajarkan ten-tang kebiasaan bertanggung jawab terhadap setiap sesuatu yang dilakukan, dan masa pertanggungjawaban yang total hanya akan terjadi di hari akhirat nanti di hadapan Sang Pencipta. Maka ada pengertian Khusnul khotimah (akhir yang baik) sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur'an, "Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik hagimu daripada permulaan. "(QS- 93: 4).
Dengan demikian ajaran-ajaran Allah SWT telah berujud sejarah sejak para nabi dan rasul memasyarakatkannya. Dan kita menjumpai bahwa catatan sejarah yang dipelajari tidak lepas dari adanya sentuhan-sentuhan lokal. Ini mengisyaratkan bahwa ajaran-ajaran Allah yang sifat-Nya universal ternyata pada proses pengamalannya tidak bisa dipisahkan dari pengaruh lokal. Dan ini yang disebut sebagai ketegangan kreatif.
Pada dasarnya sejarah yang sudah ditorehkan oleh umat-umat terdahulu merupakan perwujudan tauhid. Sehingga ada pedoman penilaian terhadap suatu perilaku yang dikenal dengan moral, budi pekerti atau akhlak. Dewasa ini, moral atau akhlak yang menjadi perbincangan dan perhatian banyak orang adalah yang berkaitan dengan perilaku pribadi seseorang, sedangkan perilaku seseorang yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan kurang mendapat perhatian. Sebagaimana diketahui, bahwa kita sangat mudah mengecam seseorang yang memiliki perilaku jelek, namun hati kita kurang terketuk ketika melihat kesengsaraan yang dialami seseorang atau sekelompok masyarakat, baik karena kemiskinan yang mencekik lehernya, didialimi, digusur, tidak mendapatkan keadilan, dan sebagainya.
Tampaknya, perujudan tauhid kita masih lebih terarah pada moral pribadi, belum sampai untuk mengimplementasikan diri dalam membantu memecahkan persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan tauhid sosial masih jauh dalam kehidupan sehari-hari kita. Bila cara terbaik bagi orang beragama adalah berupaya meneladani sifat-sifat Allah, maka ada lima sifat Allah, yaitu Penyayang, Merigetahui, Pengampun, Bijaksana dan Kuasa, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan pribadi dan bersosialisasi dengan masyarakat luas.
Di sini akan diuraikan dua sifat Allah, Penyayang dan Mengetahui, yang perlu diadopsi oleh umat manusia. Sifat penyayang yang dimensinya sangat luas seharusnya dimiliki oleh setiap individu muslim untuk dijadikan sumber perilaku kehidupan sehari-hari. Sifat ini berlaku terhadap sesama muslim dan umat manusia pada umum-nya, bahkan bisa juga terhadap hewan, tumbuh-tumbuh-an dan alam semesta. Implementasinya, hams berbentuk sebuah sistem yang bisa dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kasih sayang sesama muslim bisa diujudkan ke dalam sebuah lembaga sosial atau kerja sama di bidang ekonomi. Dewasa ini, semua aktivitas yang bernuansa massal harus berujud organisasi, karena skala persoalan yang dihadapi umat manusia sangat banyak, kompleks dan solusinya tidak mungkin diatasi secara individual. Pemecahan masalah lewat organisasi akan diperoleh sebuah solusi yang lebih baik dan bijak-sana.
Sifat penting kedua adalah mengetahui. Umat manusia untuk memiliki "sifat mengetahui" hendaknya selalu bisa mengasah semua potensi dan kemampuan yang dimiliki, terutama nalar, intuisi dan hati nurani. Kemampuan ini yang disebut penguasaan ilmu pengetahuan yang kemudian berkembang menjadi sains atau teknologi canggih yang dijadikan alat yang sangat ampuh oleh umat manusia untuk memahami fenomena alam dan untuk merubah nasib hidupnya ke derajat dan martabat yang lebih tinggi. Sedangkan lembaga yang bertanggung jawab untuk mengembangkan rasa ingin tahu dalam jumlah massal adalah lembaga pendidikan. Dari sisi ini, diakui atau tidak, umat Islam sangat ketinggalan jauh dibandingkan umat lainnya. Karena itu, diperlukan perhatian dan usaha yang lebih giat dari berbagai pihak terkait untuk dapat meneladani sifat Maha Tahun Allah SWT. Tentu saja, ada sifat lainnya yang dinilai juga penting seperti sifat bijaksana, tetapi hal ini dapat dikembangkan sendiri melalui proses sosialisasi dengan masyarakat luas.
J. REFERENSI MAKALAH
[2] Majalah Kiblat.No:17/XXXI.Hal.36 Oleh Sayid Qutub.
[3] Baca Kemajuan Ilmu Pengetahuan . Makalah Sejarah Peradaban Islam UMJ.Hj.Mashunah Hanafi
[4] Baca Pergulaman Islam di Indonesia dengan Kolonialisme Belanda Hingga akhir Abad Ke-19 Oleh:Samsul Bahri.
[5] Yang dipandang amat rawan di penghujung abad ini yakni perubahan-perubahan yang'terjadi di kawasan Asia dan Pasifik yang tampaknya tetap dihadapkan pada berbagai ketidakpastian. Situasi politik akan berubah di banyak negara di kawasan ini. Ketegangan Korea Utara dan Korea SeJatan, masa depan Hong Kong, hubungan Taiwan dan China, India dan Pakistan, Jepang dan Amerika Serikat, dan sebagainya akan letap merupakan masalah yang tidak mudah diramalkan. Perubahan-perubahan ekonomi dapat menjadi penyebab atau akibat dari perubahan politik. Bencana alam yang menyebabkan kerugian ekonomi pada gilirannya dapat membawa dampak terjadinya perubahan politik.
[6] Adult Education sering diartikan sama dengan Continuing Educa tion, Life Long Education, dan Out of School Education, dan bahkan Ketu International Association on Adult Education mengusulkan agar digan dengan terminologi Human Right Education. Sedangkan terminoloj Adult Learning lebih menekankan pada makna belajarnya. In brief, adu learning, is indispensable in the quest to construct a better and folk future for humanity.
[7] Meskipun kedua negara tetangga ini mengalami krisis moneter, ekonomi, sosial dan politik, namun ternyata mereka jauh lebih baik dan keadaan yang kita alami saat ini
[8] Dalam memasuki era pasar bebas ASEAN 2003 dan Asia-Pasifik 2020, salah satu aspek yang amat rawan yang perlu dipersiapkan adalah peningkatan kemampuan bangsa untuk bersaing dalam bidang jasa. Saat ini, tenaga kerja Indonesia umumnya laris sebagai pekerja kasar, misalnya TKW, buruh bangunan, dsb. Tenaga profesional Indonesia di badan-badan internasional sangat sedikit kalau tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Kenyataan yang memprihatinkan ini perlu segera dilakukan terobosan untuk membenahi pengelolaan sistem pendidikan di semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan yang lebih berorientasi pada pengembangan dimensi keunggulan.
[9]We have issued a vision statement in which we pledged : (1) to find cooperative solutions to the challenges of our rapidly changing regional and global economy, (2) to support an expanding world economy and an open multilateral trading system, (3) to continue to reduce barriers to trade and investment to enable goods, services and capital to flow freely among our economies, and (4) to ensure that our people share the benefits of economic growth, improve education and training, link our economies through advances in telecommunication and transportation, and use our resources sustainably.
[10]Dalam kaitan ini, tampaknya cukup beralasan apabila Indonesia berpartisipasi secara aktif dalam pertemuan internasional seperti ini untuk mencari strategi inovatif untuk memacu peningkatan kualitas SDM kita.
[11] Kenyataan menunjukkan bahwa dalam era persaingan global karang ini, kelemahan Indonesia dalam penguasaan Iptek yang iebabkan oleh kelemahan dalam kualitas sumberdaya manusia. Hal merupakan ancaman yang paling besar bagi bangsa Indonesia dalam ;rebut hari depannya. Untuk memberikan reaksi terhadap tantangan kegiatan Iptek yang diintegrasikan dalam proses pendidikan termasuk ;emua lembaga pendidikan perlu ditekankan pada bidang-bidang yang imberikan manfaat nyata kepada pembangunan, terutama dalam iya peningkatan daya saing kita dengan bangsa-bangsa lain.
[12] Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber daya Manusia.H.A.Malik Fadjar.Wacana Ilmu dan Pemikiran.Jakarta.Juli 1999
[13] Al-Qur’an Tarjamah Departemen Agama RI
[14] Islam dan Tentangan Kemanusiaan Abad Xxi.DR.Chairil Anwar.Yogyakarta.2000
[15] Belajar Islam di Amerika.DR.H.M.Atho Mudzhar.Pustaka Panji Mas.Jakarta.
Sebelum kita melengkah lebih jauh, kita terlebih dahulu untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk negara dalam konsep dan teori modern pada saat ini, terbagi menjadi dalam dua hal bentuknya suatu negara yang ada yaitu ;Pertama, Negara Kesatuan (Unitarisme). Kedua, Negara Serikat (Federasi). Negara Kesatuan merupakan suatu bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu penguasa dalam satu negara yang mengatur daerah untuk itulah ada dua macam pungsi, yaitu:
- Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi yaitu semua peraturan yang berakaitan dengan negara langsung dari pusat sementara daerah-daerah hanya tinggal melaksanakannya.
- Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, yaitu kepala dearah yang menjadi pengatur perda masing-masing .
Maka terlihatlah bahwa Indonesia termasuk kepada bentuk negara yang pertama yang sangat mengedepankan umat yang berasaskan sistem pemerintahan yang Demokratis yaitu Negara yang pimpin pemerintahan tertinggi negara terletak di tangan rakyat sehingga rakyatlah yang memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahan.
B. NEGARA, AGAMA DAN ISLAM
Negara dan Agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan yang amat serius yang berkelanjutan di kalangan para ahli yang masih simpang siaur apakah negara sebagian dari agama apa agama yang menjadi bagian negaradan apakah negara bagian dogma dari agama, negara sendiri secara umum sering diartikan sebagai persekutauan bagi manusia yang hidupnya secara sosial, oleh karena itu negara sebagai jalur horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia.
Dalam hal ini ada bebarapa konsep cara memahami hubungan agama dan negara yang menerut beberapa aliran paham :
- Paham Teokratis negara menyatu dengan agama karena pemerintah menurut paham ini dijalankan atas firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat , berbangsadan negara dilakukan atas titah Tuhan.
- Paham Sekuler Norma hukum ditentukan atas kesepakatan manusia dan tidak berdasarkan agama atau firman Tuhan meskipun mungkin norma-norma tersebut bertentan denga norma-norma agama.
- Paha Komunis norma ini bagi kehidupan manusia adalah dunia manusia itu sendiri yang kemudian menghasilkan masyarak negara, sedangkan agama dipandang sebagai realitas fantastis makhluk manusia dan agama merupan keluhan makhluk tertindas.
Dan terlebih lagi kita harus meahami tentang arti kata islam terlebih dahulu Karena kata Islam itu sendiri memiliki banyak arti yaitu; selamat dan menyelamatkan, bebas dari tekanan, saling melapangkan, dan lain-lain jika kita terjamahkan secara kontek bahasa lain akan mengarah kepada satu arah yaitu sampainya tujuan hidup kita semua yaitu rahmatan lil’alamin di dunia dan di hari kelak nanti.
C. RELASI ANTAR AGAMA DAN NEGARA
Sebelum melangkah lebih jauh lagi kita pahami terlebih dulu apa itu arti relasi agama dan negara ialah ketegangan perdebatan tentang hubungan agama dan negara ini diilhami oleh hubungan yang agak canggung antara islam sebagai (din) sedangkan negara sebagai (dawlah)sekarang pembahasan mulai kita kaitkan dengan berbagai pendapat itu, dalam islam hubungan antara agama dan negara sering dikaitkan dengan awal proses nabi Muhammad ketika berada di Madubah yang membangun sistem pemerintahan dalam sebuah negara kota dan di Madinah pula nabi menjadi kepala pemerintahan dan kepala suku agama.
Menyikapi hal yang seperti ini ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ‘posisi Nabi saat itu sebagai rosul yang bertugas menyampaikan ajaran al-Kitabbukan sebagai penguasa, kalaupun ada pemerintahan itu hanyalah sebuah alat untuk menyampaikan agama dan kekuasaan bukanlah agama.’
Dengan kata lain perlengkapan alat negara bukan suatu eksistensi sebuah agama sebagaimana mereka mengutip dari ayat suci Al-Qur’an : “sesungguhnya Kami telah turunkan Rosul-rosul Kami yang disertai keterang-keterangan, dan Kami turunkan bersama mereka Kitabdan timbangan, agar manusia berlaku adil, dan Kami turunkan besi, padanya ada kekuatan yang hebat dan menfaat-manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan (menolong) Rosul-Nya yang ghaib (dari padanya)”.Q.S 57:25). Dan sehingga mereka mengatakan bahwa agama yang benar wajib memiliki buku petunjuk dan pedang penolong, bagi mereka symbol pedang adalah sebagai suatu simbol mutlak bagi agama, akan tetapi kekuasaan bukanlah sebuah agama itu sendiri.
Dan menurut Syafi’I Maarif menegaskan bahwa dalam ayat suci Al-Qur’an istilah dawlah yang berarti negara tidak dijumpai dalam Al-qu’an akan tetapi dalam ayat suci Al-qur’an surat QS.al Hasy ayat 7, arti disitu bukanlah diartikan negara, akan tetapi melukiskan peredaraan atau pergantian tangan dan kekayaan, sehingga ada lagi yang menganggap bahwa prinsip-prinsip dasar kehidupan masyarak telah ditentukan dalam asunnah dan Al-qur’an tidak ada yang langsung dalam kaitan dengan ketatanegaraan.
Dalam lintasan sejarah dan opini para teoritis politik islam ditemukan ada beberapa hal yang amat penting yang terangkum menjadi tiga paradigma (sudut pandang) diantaranya :
1) Paradigma integralistik adalah bahwa negara dan agama merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (integrated).
(agama dan Negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu dan ini memberikan makna bahwa negara juga suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama.)
2) Paradigma simbiotik bahwa hubungan agama dan negara dipahami saling membutuhkan dan bersifat timbal balik , saling menguntungkan antara agama dan negara.
(Antara agama dan negara merupan dua entitas yang berbeda tapai saling membutuhkan oleh karenanya konstitusi yang berlaku dalam paradigma ini tidak saja berasal dari adanya sosial contract tetapi bisa saja diwarnai oleh hukum agama (syar’i).
3) Paradigma Sekularistik ini beranggapan bahwa ada pemisahan (desparitas) antara agama dan negara, jadi agama dan negara suatu bentuk yang berbeda dan dari keduanya tidak bisa saling intervensi. (agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan bidangnya masing-masing sehingga keberadaannya harus daipisahkan dan tidak beloh satu sama lain intervensi, berdasarkan pada pemahaman yang dekotomis ini mka hukum positif yang berlaku adanya hukum yang betul-betul berasal dari kesepakatan manusia melalui social contract dan tidak ada kaitannya dengan hukum agama (syar’i).
D. AWAL SEJARAH KERUNTUHAN ISLAM
Diawali dengan kebangkitan dan perluasan negara-negara Eropa yang berada di sebrang lautan telah menggerakan proses sejarah yang menjurus kepada kehancuran dunia Islam dengan lebih cepat, rentetan daerah-daerah dan tahun-tahun dapat memberikan gambaran jelas bagaimana dunia Islam diremuk di antara roda kemajuan nasionalisme Eropa.
Transsylvania dan Hugaria cepat jatuh ketangan Austria (1699) diikuti oleh Bosnia dalam tahun 1878. Di tahun 1830 Yunani memerdekakan dirinya sesudah revolusi yang disokong oelh negara-negara Barat dan di tahun 1878 menyusul Rumania, Bulgaria, Serbia dan Montenegro. Perang Balkan pada tahun 1911 merupakan pembebasan di eropa, dan hanya sebagian kecil saja di sebelah utara Istambul yang tetap di bawah kerajaan Usmani.
Sementara itu Rusia telah melakukan Azoz (1774), Krimea (1783) dan Bessarabia (1812). Daerah-daerah yang luas dari wilayah islam di Asia Tenggara jatuh ke bawah kekuasaan Rusia dalam abad kesembilan belas (19). Seperta apa yang di sebut dengan Republik Sovyet Islam seperti Azerbaizan, Kazakhistan, Uzbekistan, Turkmenistan, Tadzikistan dan Kirghizistan hingga dewasa ini termasuk daerah Uni Soviet. Persia dan Afganistan menjadi biang sengketa bagi imperialisme Inggris dan Rusia.
Sementara itu Inggris telah menaklukkan India, menghancurkan dinasti Mogul (1859), menduduki Malaka (1811), menguasai pantai-pantai Arabia selatan dan timur (sekitar 1840), Mesir di tahun 1882 dan Sudan di tahun 1898. sedangkan kepulawan Indonesia dikit demi sedikit jatuh kebawah kerajaan Belanda dan titahun 1903 Kesultanan Aceh yang megah iru digulingkan.
Aljazair sesudah perlawanan yang gagah berani di bawah peimpinan Abdul Qadir meninggalkan kesan mendalam juga di luar dunia arab (1845), Tunisia (1881) dan Maroko (1912) semuanya jatuh ketangan Pranci, sedangkan Italia pendatang kemudian di kalangan negara-negara colonial Barat menduduki Tripolitania di tahun 1911. hanya beberapa daerah Yaman, Nejd, Hejaz dengan Mekkah dan Madinah dan pusat daerah Turki dibiarkan oleh kebaikan hati negara-negara besar tetap bebas dari dominasi asing. Ini juga selanjutnya berubah sesudah menjadi perang Dunia pertam sehingga berpengarus dalam kancah dunia pendidikan Islam dinusantara dan seluruh Umat Islam yang ada dunia.
Seperti kerap terjadi dalam sejarah suatu bangsa, tekanan dari luar menimbulkan perlawanan dai dalam negri. Di abad 19 Pan-Islamisme yang berdasarkan gagasan berpengaruh dari Jalaluddin (seharusnya: Jamaluddi) al Afghani (m1879) telah timbul untuk menyatakan kesatuan dunia Islam yang di pengaruhi dan untuk melawan pengaruh politik dan kebudayaan Barat. Muridnya Muhammad Abduh (m1905) memberikan arah pembaharuan yang berarti bagi pemikir keagamaan Islam.
Dalam jurusan yang berlainan sekali dan lebih bersifat local, ialah meunculnya pemimin agama baru Mahdi di Sudan (1883-1891). Gerakan ini tertindas dengan susah payah oleh kekuatan tentara Inggris-Mesir. Semantara itu di Nejd di Arabia tengah timbul gerakan yang menimbulkan akibat politik yang lebih besar kaum Wahabi. Dan pemimpin mereka adalah Muhammad Ibnu Abdul Wahab (m1791) menghimbau untuk kembali kepada Islam asli di zaman Nabi. Atas dukungan metuanya Raja Najd.[1]
Penjajahan bangsa barat menerkam kami satu persatu , merobek-robek kami berkeping keeping sehingga sudah diperas. Kami dibiarkan saling membenci dan baku-hantam untuk kepentingan mereka, bukan untuk kepentingan kita[2]. Begitu kejamnya penjajahan yang telah dilakukan oleh kaum penjajah sehingga kebudayaan serta pendidikan yang telah berkembang pesak dikalangan umat Islam hancur dengan adanya kaum-kaum Imperialis Barat. Dan pada akhir semua itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan di Timur Tengah bahkan perkembangan pendidikan yang berada di tanah air Indonesia turut ikut dengan berbagai perkembangan pendidikan yang sudah terkontaminasi dengan perubahan-peruban yang sangat berbahas bagi generasi yang akan datang.
E. Tinjawan Prospektif
Pendidikan Islam di Negara Barat
Melihat kemajuan-kemajuan yang dicapai, sejarawan membagi beberapa kemajuan pendidikan dan Ilmu Pengetahuan yang dicapai oleh Umat Islam pada masa Abbasiyah antara lain:
1. Terdiri dari sembilan Khalifah (dari tahun 132 H-232 H / 750 M-847 M) yaitu Abdul Abbas (749-754 M), Al Rasyid (764-775 M), Al Mahdi (775-785 M), Al Hadi (785-786 M), Harus Al Rasyid (786-809 M), Al Amin (809-813 M), Al Ma’mun (813-833 M), Al Mu’tashim (833-842 M), dan Al Watsiq (842-847 M).
2. Dimulai dari khalifah Ke-X, Al Muttawakil (847-861 M) dan berakhir pada Khalifah Ke-XXXVII Al Musta’shim (1258 M).Fase kedua ini lebih dikenal sebagai masa ketidak stabilan yang berkesinambungan[3].
Ketika Clausewitz mengemukakan teori yang menyatakan bahwa untuk mengalahkan lawan, kuasi negaranya dan alat perangnya[4]. Maka terlihatlah bahwa kemajuan islam sangat maju pesat pada masa kejayaan Islam sebelum datangnya kaum imperialis kebangsa-bangsa yang berada di timur tengah, terlebih lagi ada bebeapa yang mengukapkan dari kaum tersebut bahwasanya suatu bangsa ketika itu harus dilawan dan mengawasi negara orang lain dan setelah itu barulah alat-alat perangkat perang setelah itu barulah pendidikkannya, untuk itu bangsa islam pada saat itu sangat maju dengan ilmu pengetahuannya.
Dan akan tetapi dengan adanya peperangan yang amat besar yang bertubi-tubi terhadap umat islam pada saat perang yang mengatas namakan Perang Salib yang terjadi sekitar abad ke-19.
F. TANTANGAN GLOBAL
Dalam perjalanan memasuki abad ke -21, era millenium ketiga, kesadaran global tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan kehendak untuk menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan (human centred development) tampak semakin jelas. Berbagai pertemuan internasional yang diprakarsai oleh UNESCO untuk menyoroti tema sentral tersebut telah diselenggarakan. Dalam dekade terakhir abad ke 20, pertemuan-pertemuan internasional, dari Jomtien ke Amman, dari Rio de Janeiro ke Cairo, dari Copenhagen ke Beijin, dari Istambul ke Roma, dari New Delhi ke Bali, dan dari Hamburg ke Mexico, mulai 10-14 April 1999, kembali lagi semangat itu diangkat dengan tema sentral Pendidikan untuk Semua dan Semua untuk Pendidikan (Education for All and All for Education) sebagai wujud kesadaran global terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran ini diperkuat oleh berbagai kenyataan yang terjadi secara meluas baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang
Pertama, suasana ketidakpastian dalam ekonomi dunia yang ditandai dengan resesi dunia yang berkepanjangan, menuntut kemampuan seluruh bangsa di dunia untuk meningkatkan produktivitas nasional mereka masing-masing. Dalam keadaan mereka tidak bisa menyandarkan lagi terhadap sumberdaya alam maka pilihan satu-satunya ialah meningkatkan nilai tambah produk-produk industri dengan mendayagunakan keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang. Berdasarkan hal tersebut, maka UNESCO dalam berbagai pertemuan internasionalnya rnengangkat tema perberdayaan (empowerment) yang sesungguhnya dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional dan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya memelihara dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.[5]
Selain itu, kecenderungan-kecenderungan yang terjadi di kawasan Asia dan Pasifik akan tetap diwamai dengan kebhinekaan kepentingan. Yang menjadi persoalan mendasar adalah bagaimana menciptakan suasana kehidupan ekonomi, sosial dan politik sehingga kebhinekaan ini menjadi suatu kekuatan. Rekonsiliasi berbagai perbedaan kepentingan yang telah menjadi kecenderungan di kawasan Asia dan Pasifik perlu diupayakan secara maksimal. Perbedaan latar belakang budaya dan bahasa tampak sangat besar dalam kehidupan masyarakat di kawasan ini. Taraf kemajuan pembangunan pendidikan, sosial-ekonomi, politik dari iptek tampak sangat bervariasi.
Walaupun Eropah mempunyai banyak bahasa seperti: Inggeris, Belanda, Francis, Jerman dan Spanyol, semuanya berakar dari sumber oleh sebab itu reformasi pendidikan dan pengembangan SDM perlu diarahkan untuk menjawab tantangan global melalui peningkatan mutu dan relevansi pendidikan secara lebih meluas dan merata sehingga setiap anak Indonesia dapat meningkatkan kemampuannya secara maksimal.
Kedua,sebagai bangsa yang sedang mengalami proses industrialisasi, masyarakat dari negara-negara berkembang tampaknya berupaya sekuat-kuatnya untuk terus berkembang dan bergeser dari strukturnya yang tradisional menuju struktur moderen. Namun demikian, pergeseran ini ditandai beberapa indikator penting, di antaranya ialah pergeseran struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan struktur masyarakat tersebut berdimensi amat rumit sehingga menimbulkan perubahan mendasar di dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Semua ini menuntut langkah-langkah nyata untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat dan proses belajar yang tidak mempunyai batas (learning without fron-tiers).[6]
Ini berarti bahwa hanyalah pendidikan seperti itu yang sama sehingga mempunyai perbedaan yang relatif lebih kecil dibanding dengan negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Bahasa Arab, China, India, Melayu, Indonesia, Thai, Inggersis adalah bahasa-bahasa yang sangat berbeda. Perbedaan budaya di negara-negara kawasan Atlantik lebih sedikit di banding di Pasifik. Akibatnya kemungkinan timbulnya rasa kecurigaan, kesalahfahaman, saling tidal percaya antara bangsa mempunyai intensitas yang lebih tinggi di kawasar Asia dan Pasifik. yang dapat membawa proses transformasi bangsa ke arah tatanan kehidupan masyarakat maju.
Untuk memacu pengembangan kualitas sumberdaya manusia, Malaysia misalnya melalui pembangunan pendidikan dengan wawasan keunggulannya bertekad untuk menjadi negara maju menjelang tahun 2020. Meskipun pencanangan wawasan keunggulan itu baru dimulai pada tanggal 28 Pebruari 1991, Malaysia ternyata telah mencapai prestasi pembangunan yang relatif lebih maju di banding Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan. Demikian pula Filipina dalam era kepresidenan Fidel Ramos, negara itu kembali memperkuat wawasan keunggulan dalam semua segmen pembangunan pendidikan dengan orientasi yang kuat ke masa depan (To Win the Future).[7]Meskipun wawasan keunggulan itu baru dicanangkan dalam suatu gerakan New Vision of Society, namun langkah itu telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan.[8] Meskipun kedua negara tetangga ini dilanda krisis serupa seperti yang dialami Indonesia, namum mereka mempunyai kondisi yang jauh lebih stabil.
Ketiga, globalisasi yang semakin menggejala ini telah mengakibatkan batas-batas politik, ekonomi, dan sosial-budaya antar bangsa menjadi begitu transparan.[9]Globalisasi menimbulkan persaingan antarbangsa yang semakin tajam terutama dalam bidang ekonomi serta bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya negarayang unggul dalam bidang ekonomi dan penguasaan iptek sajalah yang akan dapat mengambil manfaat besar bagi globalisasi. Keunggulan dalam bidang dekonomi dan teknologi dapat dicapai terutama dengan SDM yang berkualitas. Jika kualitas SDM suatu negara lemah, maka banyak pelnang yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, terlewatkan atau terbuang sia-sia.[10]
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain, paradigma pembangunan secara keseluruhan perlu berubah dari ekosentris ke homosentris. Kekayaan alam suatu bangsa tidak lagi dapat dijadikan jaminan yang kelak menentukan taraf kemajuan suatu bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa hanyalah bangsa yang telah sadar membenahi pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM ternyata dapat menguasai secara ekonomi dan politik negara-negara yang kaya dengan sumberdaya alam tetapi dengan kualitas SDM yang rendah.
Keempat, tantangan lain yang cukup mendasar ialah terjadinya gejala yang dapat disebut kolonialisme dalam penguasaan iptek (science and technology imperialism). Dalam abad pasca kolonialisme selepas perang dunia cedua, bentuk-bentuk penjajahan politik sudah semakin berkurang di dunia, walaupun masih terjadi dalam skala lecil di beberapa belahan dunia. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa kolonialisme dalam bidang-bidang lain seperti dalam bidang ekonomi, budaya, dan Iptek juga urut di dalam percaturan dunia. Dengan demikian, pewaspadaan dan kesadaran untuk membendung merasuknya kolonialisme baru di bidang Iptek dan konomi, menggantikan kolonialisme politik yang sudah semakin kecil skalanya, sejak tahun 1960-an dalam tubuh negara-negara berkembang tampak semakin menguat.[11]Inprialisme baru ini hanya dapat dihindari apabila ikhtiaran pelaksanaan pembangunan pendidikan secara pungsional diarahkan bagi kepentingan semua warga dan semua berperan secara sungguh-sungguh untuk pendidikan (Education for All dnd All for Education).
G. TRANSFORMASI IPTEK DENGAN LANDASAN
NILAI-NILAI ISLAM
Ada anggapan bahwa agama dan sains pada tingkat tertentu berjalan tidak paralel, sehingga muncul pemi-kiran yang mengisyaratkan adanya dikotomi ilmu penge-tahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Karena itu, diperlukan adanya usaha yang diharapkan bisa mengin-tegrasikan keduanya. Di samping itu, ada anggapan lain bahwa kebudayaan dewasa ini yang sangat didominasi sains atau iptek cenderung menjauh dari norma dan nilai-nilai agama. Dengan adanya usaha integrasi agama dan iptek diharapkan memunculkan dampak terhadap suatu transformasi atau perubahan, yaitu yang pada awalnya kebudayaan diprediksikan cenderung kepada sesuatu yang tidak selaras dengan agama kemudian bisa dialihkan ke arah yang lebih selaras.
Sebagaimana kita ketahui bahwa iptek adalah produk unggulan budaya manusia yang dinilai melebihi produk budaya lainnya. Sebagai produk budaya, iptek tidak terlepas dari subyektivitas sang penemu atau sang pengembang. Dengan kata lain, iptek tidak bebas nilai, bahkan sarat dengan nilai. Antara lain adalah nilai ekonomi, dalam pengertian bahwa dalam iptek terkandung usaha dari para penemu atau pengembangnya untuk men-dapatkan nilai tambah yang bisa memberikan keuntung-an ekonomi.
Hal ini bisa dilihat dari adanya pelembagaan paten dari suatu penemuan (invention) dan pembaharuan (inovasi). Untuk mendapatkan akses kepemilikan hak paten dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Misalnya dalam bidang riset angkasa luar, maka salah satu bentuk aplikasi riset ini adalah satelit yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan militer, ramalan cuaca, komunikasi, dan televisi. Sedangkan untuk membuat perangkat keras satelit tersebut hingga peluncuran dan operasionalnya dibutuhkan dana milyaran rupiah.
Meskipun iptek sarat dengan nilai, tetapi tidak serta-merta buruk dan,bertentangan dengan nilai-nilai agama. Bahkan memberikan peluang untuk mengisinya dengan nilai-nilai agama sebagaimana yang kita kehendaki. Karena itu, upaya transformasi iptek dengan nilai-nilai agama sangat dimungkinkan. Namun, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa tidak semua aspek dari iptek mempunyai sisi negatif. Masih banyak sisi iptek yang positif dan sejalan dengan nilai-nilai agama, misalnya penemuan dalam bidang teknologi kedokteran seperti peralatan bedah mutakhir, dan obat-obatan yang memungkinkan penyembuhan berbagai jenis penyakit adalah sangat sejalan dengan nilai-nilai agama. Atau penemuan bahan kimia yang memungkinkan hasil produksi pertanian melimpah, dan masih banyak contoh positif lainnya yang menunjukkan keperolehan antara nilai agama dan iptek.
Tetapi ditinjau dari sisi lainnya, berkat kemajuan iptek dapat dikembangkan juga senjata pemusnah berat dan ini sangat bertolak belakang dengan rasa keadilan umat manusia bila dipergunakan untuk merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan semua makhluk hidup ciptaan Tuhan, dan secara otomatis bertentangan dengan nilai-nilai agama.(lihat: QS. 30: 41). Namun muncul suatu-pertanyaan; mungkinkah manusia tidak perlu mengembangkan senjata? Bukankah upaya mengembangkan senjata merupakan bagian dari manusia itu sendiri untuk melindungi dirinya dari serangan musuh?
Pertanyaan di atas sama dengan komentar; dari sisi mana upaya transformasi iptek yang dapat dilandasi ajaran agama? Mahdi Ghulsyani mengatakan bahwa upaya mengembangkan iptek kapan saja bisa dilakukan sepanjang iptek yang dikembangkan itu sesuai dengan tujuan keberadaan umat manusia, bukan untuk menghancurkan martabatnya.
Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa tujuan diciptakan umat manusia adalah untuk menyem-bah Tuhan.(QS. 51: 56). Untuk itu kita melihat dua ke-cenderungan yang diusahakan oleh ilmuwan muslim untuk melakukan transformasi iptek selaras dengan ajaran agama:
a). Umat Islam harus mempelajari dan mengembangkan iptek seperti apa yang berkembang saat ini disertai dengan sikap yang kritis dan selektif. Atau dengan kata lain, selalu melakukan aktivitas yang mengarah pada daya tindak dan daya pikir yang ilmiah (scientific inquiry) sehingga memiliki suatu kematangan
intelektual yang mapan dan tingkat penghayatan spiritual yang tinggi. Upaya ini diharapkan bisa meng-hasilkan suatu saham atau kontribusi dari umat Islam bagi pengembangan iptek yang berguna bagi kelang-sungan hidup umat manusia. Langkah semacam ini dinilai lebih mudah untuk merealisasikannya, asal-kan umat Islam benar-benar bekerja keras dan sangat serius dalam belajar serta tidak kenal lelah. Langkah ini juga yang ditempuh negara-negara baik yang menamakan diri sebagai negara Islam maupun yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
b). Langkah kedua adalah menyusun dan mengagenda-kan program Islamisasi iptek. Untuk merealisasikan program ini tidak semudah hanya semacam meren-canakan suatu planing, tetapi diperlukan kematangan pikiran, perhatian dan energi yang relatif luar biasa besarnya dari para cendekiawan Islam serta menda-pat dukungan moral dari umat Islam sendiri terutama dari pemerintah (berkaitan dengan ketersediaan dana). Usaha ke arah Islamisasi iptek ini sebenarnya telah dirintis oleh Prof Dr Ismail R Faruqi melalui makalahnya Islamisation of Knowledge. Langkah ini dinilai sebuah metode yang sangat revolusioner karena akan membongkar paradigma iptek dan buku-buku teks yang sampai saat ini masih beredar serta berusaha menggantinya dengan paradigma baru. Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk merealisasikan langkah ini adalah menyiapkan dan menye-diakan sumber daya manusia yang berkualitas dan penuh dedikasi dan yang tak kalah penting adalah menyediakan. dana yang reladf cukup banyak[12].
H. TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
DI NEGARA ISLAM
Bagi umat Islam Indonesia khususnya dalam menyikapi perkembangan iptek yang sangat pesat ini dan langkah yang akan dilakukan untuk transformasi iptek dengan nilai-nilai agama adalah setidak-tidaknya ada dua sikap dimunculkan:
Pertama, Umat Islam Indonesia harus berusaha ikut berpartisipasi dalam upaya menguasai dan berkompetisi untuk pertumbuhan dan perkembangan iptek di masa mendatang. Dan kita harus benar-benar menya-dari bahwa umat Islam secara makro sangat tertinggal di bidang penguasaan iptek. Namun, dengan adanya peningkatan kepedulian umat Islam terhadap perkembangan iptek akhir-akhir ini berarti merupakan langkah awal sebagai jawaban untuk mengejar ketertinggalan yang dirasakan, karena itu perlu adanya strategi untuk mencapai tujuan yang dimaksud antara lain:
a). Mempelajari dan menguasai kecenderungan terdepan daripertumbuhan dan perkembangan iptek (the state of the art of science] .
b). Melakukan usaha pribumisasi dari hasil studi pada butir pertama (a) dan harus disesuaikan dengan kon-disi lokal suatu bangsa. Karena banyak data yang menunjukkan bahwa faktor lokal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan iptek, misalnya pesantren salaf yang masih "alergi" terhadap perubahan.
c). Mengembangkan hasil usaha yang dicapai pada butir kedua (b) yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan bangsa.
d). Mengembangkan sains yang dinilai sesuai dengan norma yang disepakati oleh agama dan bangsa secara menyeluruh.
e). Membentuk lembaga etika yang berfungsi untuk melakukan kajian terhadap kecenderungan-kecen-derungan baru iptek yang bersentuhan dengan masa-lah moral bangsa.
Kedua, umat Islam Indonesia terlebih dahulu harus memiliki sikap kritis (sense of critic), inovatif (sense ofeno-vation), modernis (sense of modernisation) dan memahami teori keseimbangan (theory of equilibrium) dengan baik sebagai bekal untuk menilai secara selektif terhadap per-tumbuhan dan perkembangan iptek yang sangat pesat ini, sehingga bisa membuat konsep atau program yang diharapkan untuk meminimalisasi dampak negatif iptek yang akan dihadapi masyarakat luas. Konsep atau program yang menjadi planing itu setidak-tidaknya bisa memberikan solusi atau jalan keluar dari kemelut yang ditimbulkan dampak negatif perkembangan iptek. Misalnya, sesuatu yang menyangkut ketenagakerjaan (penggunaan robot versus tenaga manusia), perubahan-perubahan sosial yang ditimbulkan akibat diperkenalkannya suatu produk iptek (kasus diperkenalkannya program KB yang hingga kini masih berdampak pada remaja), kesenjangan kaya miskin atau perbedaan untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber produksi (kasus pinjaman Edy Tanzil di Bank, kemudahan yang diperoleh Gemala atau Kanindoteks), ketimpangan untuk memperoleh infor-masi (negara maju versus negara berkembang, kota versus desa, IBB versus IBT, Jawa versus luar Jawa), dan sebagainya.
Dalam kaitan ini keberadaan mahasiswa sebagai ilmuan muda yang dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki intelektual dan intelegensi yang tinggi berada pada posisi yang sangat sentral. Pelaku iptek di banyak perguruan tinggi ternama di luar negeri sebenarnya dilakukan pleh para mahasiswa baik yang mengambil jenjang SI, S2 maupun S3. Sedangkan fungsi dan kedudukan dosen dan guru besar hanya lebih banyak memberikan rangsangan dan sebagai tempat konsultasi. Kemudian mereka (baik para mahasiswa maupun dosen dan guru besar) bekerja sama dalam memajukan dan mengembangkan iptek berbeda jauh dengan situasi dan kondisi perguruantinggi yang ada di Indonesia, sehingga muncul suatu pertanyaan; bagaimana upaya mengoptimalkan peran mahasiswa Indonesia sehingga mereka benar-benar punya kontribusi terhadap pengembangan iptek?
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan para mahasiswa dalam menimba berbagai disiplin ilmu, yang harus dibenahi terlebih dahulu terutama struktur dan sistem yang diterapkan. Perguruan tinggi di Indonesia hingga saat ini masih mencari bentuk yang dinilai ideal untuk merangsang daya pikir dan daya tindak para mahasiswa. Program Tri Darma Perguruan Tinggi (pengajaran, penelitian dan pengabdian) yang diterapkan di masing-masing perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang dinilai berjalan baru darma pengajaran (itu pun belum optimal). Dari ketiga darma itu belum ada satu kesatuan.
Yang bisa mengangkat peran para mahasiswa, khususnya darma penelitian. Padahal darma penelitian inilah sebe-narnya yang menjadi jantung penggerak kegiatan daya tindak dan daya pikir mahasiswa yang mengarah pada pengembangan iptek. Sementara sisi yang umum ini belum berjalan baik, mana mungkin bisa sebuah pergu-ruan tinggi memasukkan nilai-nilai agama dalam pengembangan iptek?
Karena itu, umat Islam (baca: perguruan tinggi) yang ingin berperan serta dalam pengembangan iptek yang bernuansa nilai-nilai agama sangat memerlukan:
(1) Energi lebih. Namun, sungguh disayangkan dan harus disadari secara serius oleh umat Islam bahwa energi yang dipersiapkan untuk pengembangan iptek sangat lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang berasal dari negara maju.
(2) Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu hams memiliki jiwa menjelajah (adventure) karena relevan dengan beban yang diletakkan di pundaknya sebagai pengembang iptek. Banyak penemuan baru di bidang iptek sebagai buah dari hasil penjelajahan yang dilakukan tanpa kenal lelah dan tiada henti-hentinya, misalnya teknologi komputer dan informatika.
Jiwa menjelajah yang hams dimiliki setiap orang sangat sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an. Banyak ungkapan yang termaktub dalam Al-Qur'an agar umat manusia (baca: umat Islam) melakukan penyelidikan bebas terhadap alam semesta dan mempergunakan otaknya semaksimal mungkin. "Katakan/Perhatikan apa-apa yang ada di langit dan di bumi." (QS. 10:101). "Tidakkah kamu lihat bahwa Allah telah memperuntukkan bagimu segala apa yang di langit dan segala apa yang di bumi?"(QS. 31:20). "Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di sekitar jagat raya dan pada diri-diri mereka hingga menjadi jelas bagi mereka bahwa ia (Islam) itu benar. "(QS. 41: 53) [13]
Al-Qur'an juga menyuruh umat manusia agar selalu berpikir dan memperhatikan diri manusia sendiri. "Dan pada dirimu, mengapa tidak kamuperhatikan?”(QS. 51:21). "Atau tidakkah mereka memikirkan tentang diri mereka?"(QS. 30: 8). Di samping itu, Al-Qur'an melarang umat Islam mengikuti atau mengamalkan hal-hal yang tidak ilmiah semisal sihir, santet, tenung dan sebagainya. "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempu-nyai ilmu tentangnya." (QS. 17: 36)
(3) Upaya merealisasikan langkah di atas tidak begitu mudah, perlu usaha yang sangat serius dan penuh perjuangan yang tak kenal lelah. Karena itu, umat Islam harus benar-benar mencamkan firman Allah untuk dijadikan bekal sehingga memiliki pandangan yang jauh ke depan. "Dan orang-orangyang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah senantiasa beserta mereka yang berbuat kebajikan."(QS. 29: 69).
Berkaitan dengan ini, kemurnian mahasiswa sebagai gerakan moral (moral force) dan agen perubahan (agent of changes) akan dapat banyak membantu dalam upaya pengembangan umat manusia yang seimbang dalam semua dimensi material-spiritual, demokratis dan berjiwa kerakyatan. Lebih Janjut, dunia pesantren sebagai lem-baga sistem pendidikan lokal tertua di Indonesia dengan berbagai pengalamannya yang sangat panjang harus terus digali dan diadaptasikan dengan perkembangan dunia yang terus berubah. Barangkali itulah makna dari; "Apa bila kamu telah selesai melakukan sesuatu pekerjaan, maka rencanakanlah pekerjaan berikutnya. Hanya kepada Allah-lah kamu berharap." (QS. 94: 7-8)
Majalah Newsweek, edisi 5 Desember 1994, memuat wawancara menarik dengan Victor Riley, seorang banker yang berhasil. Tema wawancara adalah konsep pendidikan tinggi masa depan dan kaitannya dengan perkembangan iptek mutakhir, "High Tech and Higher Ed".[14] Riley berpendapat bahwa pendidikan di masa depan akan me-rasakan revolusi teknologi yang bisa merubah pola kehidupan umat manusia di muka bumi. Revolusi iptek yang paling dominan adalah teknologi informasi. Dan pada dasarnya mekanisme kerja adalah lebih mengarah untuk memproses informasi daripada memproses bahan men-tah. Berkat kecanggihan teknologi informasi, universitas-universitas di masa mendatang lebih sebagai more learner centered daripada sebagai class room based[15]. Ini diharapkan para pencari kerja (job seeker) adalah mahasiswa yang mempunyai pikiran dan sikap yang dewasa serta memperhitungkan sedemikian jauh dalam menetapkan jalur kariernya untuk meraih kesuksesan. Apabila ada perguruan tinggi yang tidak dapat mengantisipasi kecenderungan semacam di atas maka perguruan bersangkutan akan menjadi sejarah masa lampau.
Sejalan dengan pemikiran Riley, Paul Kennedy memperingatkan bahwa dalam menapak abad ke-21 menuju masyarakat yang global akan senantiasa terjadi tarik-menarik antara dunia pendidikan dan katastrop, yaitu ledakan penduduk, kerusakan lingkungan dan kemampuan umat manusia membunuh dalam skala massal. Karena itu, lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi harus bersikap fleksibel dalam segala bidang, dan dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara kondisional. Fleksibelitas ini membuat frekuensi mahasiswa yang melakukan cuti panjang sangat tinggi karena tuntutan kerja.
Dan di lingkungan kerja pun terjadi persaingan yang sangat kompetitif sesuai dengan adanya jenjang karier yang sangat cepat. Keberadaan mahasiswa di masa mendatang pada tahap awal hanya kuliah selama dua tahun, kemudian mengajukan cuti untuk memasuki dunia kerja, setelah mengetahui liku-liku dunia kerja, masuk kuliah lagi, lantas mencoba kembali masuk dunia kerja, dan pada tahap akhir berusaha menyelesaikan kuliahnya. Hal ini menuntut perubahan kurikulum dan administrasi yang benar-benar fleksibel.
Kecenderungan ini juga akan menyebabkan adanya perubahan terhadap institusi sosial. Maka di masa mendatang, saran Paul Kennedy, yang diperlukan adalah kerja sama pada semua aras (agama, suku, etnis, masyarakat dan bangsa). Dalam kerja sama itu peranan agama dan institusinya sangat penting dalam memberikan arah dan pedoman bagi para pemeluknya yang senantiasa mengalami ketidak pastian hidup, seperti yang menimpa mayoritas rakyat Amerika Serikat yang cenderung semakin konservatif dalam memahami agama. Karena itu diperlukan adanya pemerintahan yang tanggap dan dapat menyesuaikan diri serta antisipatif terhadap perubahan-perubahan dan tantangan-tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Demikian juga, para pengelola dan civitas akademika perguruan tinggi harus pandai dalam mengantisipasi gejolak zaman agar tidak mudah dilindas perubahan yang senantiasa bergerak cepat berkat kemajuan yang dihasilkan iptek.
Sebab itu, umat Islam tidak boleh terlalu terbuai dan hanya mengagumi terhadap kecanggihan yang dihasilkan iptek namun harus bisa menyikapi secara kritis dan arif, karena setiap tindakan dan sikap terhadap sesuatu apa pun harus di pertanggungjawabkan di hadapan Sang Khalik. Apalagi sudah mengetahui bahwa kemajuan iptek, terutama bidang teknologi informasi, mudah di-salah gunakan kecanggihannya. Misalnya, tontonan pornografi (cyberporn) yang bisa merusak moral suatu masyarakat terutama bagi anak-anak di bawah umur. Demikian juga, digunakan oleh para penjahat untuk pembobolan bank melalui akses online. Bagi seorang muslim, kemampuan yang dimiliki senantiasa diarahkan untuk membawa salamat bagi seluruh penghuni jagat raya (rahmatan LIl 'alamin), terutama kebaikan dan perbaikan kehidupan umat manusia.
Sebenarnya peranan agama punya pengaruh yang cukup vital terhadap pengembangan iptek dan kemajuan ekonomi suatu bangsa, bukan seperti yang dituduhkan banyak kalangan bahwa agama menjadi kendala bagi terbentuknya masyarakat modern yang ilmiah. Tesis ini seperti yang pernah dikemukakan F. Fukuyama dalam bukunya The End of History, yang sebagian cuplikannya, "The character of civil society and its intermediate associations rooted as it is in non rational like culture, relegion, tradition, and other premodern sources, will be key to the success of modern societies in a global economy". Kalau kita sepakat dengan pendapat F. Fukuyama maka agama yang disebut sebagai salah satu faktor nonrasional akan menjadi kunci sukses terbentuknya suatu masyarakat modern dalam tataran ekonomi yang mengglobal.
Memangapa yang dikemukakan di atas belum menunjukkan kepada kepraktisan di lapangan. Karena itu, gambaran teoritis tersebut hanya dapat bermakna dan berdaya guna lebih luas lagi bila dipraktekkan secara terus-menerus dalam kehidupan nyata, antara lain dalam kehidupan dunia akademis. Bukankah memang ada satu kesatuan antara keyakinan dan praktek serta antara iman dan amal shaleh?
I.KESIMPULAN
Di akhir era memasuki abad XXI, banyak kejutan yang muncul dari produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi canggih (iptek) seperti keberhasilan kloning terhadap domba yang diberi nama Dolly oleh laboratorium lan Walnut, Roslin Institut di Skotlandia. Respon terhadap masalah ini sangat menggema ke seluruh penjuru dunia. Berbagai media massa ternama di dunia membuat laporan utama. Intinya, semacam ketakutan terhadap masa depan eksistensi manusia karena kemajuan iptek di bidang biologi. Sehingga muncul pertanyaan, bisakah mengkloning manusia? Hampir semua agamawan menolak isu kloning ini (termasuk biolog Munawar Anees). Kasus di atas merupakan salah satu tantangan kemanusiaan dari berbagai permasalahan yang dihadapi umat beragama, khususnya umat Islam, di penghujung abad XX. Apalagi, di abad Xxi, tentu saja permasalahan yang dihadapi jelas semakin kompleks, baik di bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan budaya. mengajak berdiskusi lebih jauh dan mendalam untuk mencari problem solving terhadap permasalahan yang sedang dan akan dihadapi umat Islam.
Dalam Al-Qur'an lafal Allah paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan lafal-lafal lainnya Kata manusia atau lafal al-nas yang termaktub dalam Al-Qur'an paling banter hanya sepertiganya, dan lafal 'alam (alama semesta) lebih sedikit daripada kata manusia. Lafal Muhammad cukup banyak disebutkan dalam Al-Qur'an, bahkan ada satu surat (47) menggunakan nama Muhammad. Juga, sebutan terhadap berbagai identitas umat manusia cukup banyak di antaranya orang beriman, orang bertakwa, orang berilmu, orang kafir, orang lalim, orang munafik, dan banyak lagi lainnya. Sedangkan sifat-sifat Allah yang paling banyak disebut-sebut dalam Al-Qur'an.
Ada lima, yaitu Maha Penyayang, Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Bijaksana dan Maha Kuasa. Banyak dan sedikitnya lafal yang disebutkan dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa posisi Sang Pencipta atau Kreator sangat dominan dalam menentukan kehidupan enghidupan semua unsur yang ada di alam semesta pengakuan terhadap Allah SWT yang ajaran-ajaran dimasyarakatkan oleh Nabi Muhammad saw merupukan jantung dari kehidupan orang-orang beragama. sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an, "Dialah mengutus Rasul-Nya dengan membawapetunjuk dan yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agamat. Dan cukuplah Allah sebagai saksi."(QS. 48: 28). Dengan demikian ajaran Allah sebenarnya mempunyai dimensi waktu, yaitu lampau, kini dan mendatang.
Dimensi lampau menunjukkan bahwa Islam mengajarkan sesungguhnya umat manusia tidak boleh lupa catatan sejarah. Atau dengan kata lain, masa lampaumerupakan tonggak sejarah untuk dijadikan sebagai ibrah guna dipetik hikmah yang terkandung di dalamnya. Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah juga belajar dari pengalaman-pengalaman para nabi dan rosul terdahulu.
Memang, pada dasarnya peradaban umat manusia mengenal monopoli suatu masa tertentu. Ibarat bangunan, fondasi dan batu batanya sudah diletakkan oleh orang-orang terdahulu. Dimensi kini hanya kemungkinan ada karena adanya masa lampau. Karena itu, sejarah merupakan cermin bagi generasi penerus agar bisa menbaca diri, mana catatan yang perlu dibuang dan mana yang perlu diteruskan dan dikembangkan. Tetapi kita tidak perlu romantisme pada sejarah dan hanya terpaku pada kejayaan masa lalu. Keberadaan sekarang dan prospektif masa mendatang senantiasa perlu mendapat perhatian. Bukankah waktu pada dasarnya adalah serentetan peristiwa?
Islam mengajarkan tentang keyakinan adanya hari akhirat sebagai kesatuan waktu antara masa lampau dan kini. Ini menunjukkan bahwa umat Islam diajarkan ten-tang kebiasaan bertanggung jawab terhadap setiap sesuatu yang dilakukan, dan masa pertanggungjawaban yang total hanya akan terjadi di hari akhirat nanti di hadapan Sang Pencipta. Maka ada pengertian Khusnul khotimah (akhir yang baik) sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur'an, "Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik hagimu daripada permulaan. "(QS- 93: 4).
Dengan demikian ajaran-ajaran Allah SWT telah berujud sejarah sejak para nabi dan rasul memasyarakatkannya. Dan kita menjumpai bahwa catatan sejarah yang dipelajari tidak lepas dari adanya sentuhan-sentuhan lokal. Ini mengisyaratkan bahwa ajaran-ajaran Allah yang sifat-Nya universal ternyata pada proses pengamalannya tidak bisa dipisahkan dari pengaruh lokal. Dan ini yang disebut sebagai ketegangan kreatif.
Pada dasarnya sejarah yang sudah ditorehkan oleh umat-umat terdahulu merupakan perwujudan tauhid. Sehingga ada pedoman penilaian terhadap suatu perilaku yang dikenal dengan moral, budi pekerti atau akhlak. Dewasa ini, moral atau akhlak yang menjadi perbincangan dan perhatian banyak orang adalah yang berkaitan dengan perilaku pribadi seseorang, sedangkan perilaku seseorang yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan kurang mendapat perhatian. Sebagaimana diketahui, bahwa kita sangat mudah mengecam seseorang yang memiliki perilaku jelek, namun hati kita kurang terketuk ketika melihat kesengsaraan yang dialami seseorang atau sekelompok masyarakat, baik karena kemiskinan yang mencekik lehernya, didialimi, digusur, tidak mendapatkan keadilan, dan sebagainya.
Tampaknya, perujudan tauhid kita masih lebih terarah pada moral pribadi, belum sampai untuk mengimplementasikan diri dalam membantu memecahkan persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan tauhid sosial masih jauh dalam kehidupan sehari-hari kita. Bila cara terbaik bagi orang beragama adalah berupaya meneladani sifat-sifat Allah, maka ada lima sifat Allah, yaitu Penyayang, Merigetahui, Pengampun, Bijaksana dan Kuasa, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan pribadi dan bersosialisasi dengan masyarakat luas.
Di sini akan diuraikan dua sifat Allah, Penyayang dan Mengetahui, yang perlu diadopsi oleh umat manusia. Sifat penyayang yang dimensinya sangat luas seharusnya dimiliki oleh setiap individu muslim untuk dijadikan sumber perilaku kehidupan sehari-hari. Sifat ini berlaku terhadap sesama muslim dan umat manusia pada umum-nya, bahkan bisa juga terhadap hewan, tumbuh-tumbuh-an dan alam semesta. Implementasinya, hams berbentuk sebuah sistem yang bisa dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kasih sayang sesama muslim bisa diujudkan ke dalam sebuah lembaga sosial atau kerja sama di bidang ekonomi. Dewasa ini, semua aktivitas yang bernuansa massal harus berujud organisasi, karena skala persoalan yang dihadapi umat manusia sangat banyak, kompleks dan solusinya tidak mungkin diatasi secara individual. Pemecahan masalah lewat organisasi akan diperoleh sebuah solusi yang lebih baik dan bijak-sana.
Sifat penting kedua adalah mengetahui. Umat manusia untuk memiliki "sifat mengetahui" hendaknya selalu bisa mengasah semua potensi dan kemampuan yang dimiliki, terutama nalar, intuisi dan hati nurani. Kemampuan ini yang disebut penguasaan ilmu pengetahuan yang kemudian berkembang menjadi sains atau teknologi canggih yang dijadikan alat yang sangat ampuh oleh umat manusia untuk memahami fenomena alam dan untuk merubah nasib hidupnya ke derajat dan martabat yang lebih tinggi. Sedangkan lembaga yang bertanggung jawab untuk mengembangkan rasa ingin tahu dalam jumlah massal adalah lembaga pendidikan. Dari sisi ini, diakui atau tidak, umat Islam sangat ketinggalan jauh dibandingkan umat lainnya. Karena itu, diperlukan perhatian dan usaha yang lebih giat dari berbagai pihak terkait untuk dapat meneladani sifat Maha Tahun Allah SWT. Tentu saja, ada sifat lainnya yang dinilai juga penting seperti sifat bijaksana, tetapi hal ini dapat dikembangkan sendiri melalui proses sosialisasi dengan masyarakat luas.
J. REFERENSI MAKALAH
- Al-Qur’an Terjamah Departemen Agama RI.
- Sejarah Ringkas Islam, Prof.Dr.Harun Nasution, Penerbit Djambatan, IAIN Jakarta, Desember 1980.
- Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad Xxi, DR.Chairil Anwar, Pustaka Pelajar, Febuari 2000.
- Pendidikan Agama dan Ke Agamaan, Abdul Rachman Shaleh, Pt.Gemawindu Pancaperkasa, Oktober 2001.
- Belajar Islam di Amerika, DR.H.M.Atho Mudzar, Pustaka Panjimas, 1991.
- Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, H.M.Malik Fadjar, Logos, Febuari 2001.
[2] Majalah Kiblat.No:17/XXXI.Hal.36 Oleh Sayid Qutub.
[3] Baca Kemajuan Ilmu Pengetahuan . Makalah Sejarah Peradaban Islam UMJ.Hj.Mashunah Hanafi
[4] Baca Pergulaman Islam di Indonesia dengan Kolonialisme Belanda Hingga akhir Abad Ke-19 Oleh:Samsul Bahri.
[5] Yang dipandang amat rawan di penghujung abad ini yakni perubahan-perubahan yang'terjadi di kawasan Asia dan Pasifik yang tampaknya tetap dihadapkan pada berbagai ketidakpastian. Situasi politik akan berubah di banyak negara di kawasan ini. Ketegangan Korea Utara dan Korea SeJatan, masa depan Hong Kong, hubungan Taiwan dan China, India dan Pakistan, Jepang dan Amerika Serikat, dan sebagainya akan letap merupakan masalah yang tidak mudah diramalkan. Perubahan-perubahan ekonomi dapat menjadi penyebab atau akibat dari perubahan politik. Bencana alam yang menyebabkan kerugian ekonomi pada gilirannya dapat membawa dampak terjadinya perubahan politik.
[6] Adult Education sering diartikan sama dengan Continuing Educa tion, Life Long Education, dan Out of School Education, dan bahkan Ketu International Association on Adult Education mengusulkan agar digan dengan terminologi Human Right Education. Sedangkan terminoloj Adult Learning lebih menekankan pada makna belajarnya. In brief, adu learning, is indispensable in the quest to construct a better and folk future for humanity.
[7] Meskipun kedua negara tetangga ini mengalami krisis moneter, ekonomi, sosial dan politik, namun ternyata mereka jauh lebih baik dan keadaan yang kita alami saat ini
[8] Dalam memasuki era pasar bebas ASEAN 2003 dan Asia-Pasifik 2020, salah satu aspek yang amat rawan yang perlu dipersiapkan adalah peningkatan kemampuan bangsa untuk bersaing dalam bidang jasa. Saat ini, tenaga kerja Indonesia umumnya laris sebagai pekerja kasar, misalnya TKW, buruh bangunan, dsb. Tenaga profesional Indonesia di badan-badan internasional sangat sedikit kalau tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Kenyataan yang memprihatinkan ini perlu segera dilakukan terobosan untuk membenahi pengelolaan sistem pendidikan di semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan yang lebih berorientasi pada pengembangan dimensi keunggulan.
[9]We have issued a vision statement in which we pledged : (1) to find cooperative solutions to the challenges of our rapidly changing regional and global economy, (2) to support an expanding world economy and an open multilateral trading system, (3) to continue to reduce barriers to trade and investment to enable goods, services and capital to flow freely among our economies, and (4) to ensure that our people share the benefits of economic growth, improve education and training, link our economies through advances in telecommunication and transportation, and use our resources sustainably.
[10]Dalam kaitan ini, tampaknya cukup beralasan apabila Indonesia berpartisipasi secara aktif dalam pertemuan internasional seperti ini untuk mencari strategi inovatif untuk memacu peningkatan kualitas SDM kita.
[11] Kenyataan menunjukkan bahwa dalam era persaingan global karang ini, kelemahan Indonesia dalam penguasaan Iptek yang iebabkan oleh kelemahan dalam kualitas sumberdaya manusia. Hal merupakan ancaman yang paling besar bagi bangsa Indonesia dalam ;rebut hari depannya. Untuk memberikan reaksi terhadap tantangan kegiatan Iptek yang diintegrasikan dalam proses pendidikan termasuk ;emua lembaga pendidikan perlu ditekankan pada bidang-bidang yang imberikan manfaat nyata kepada pembangunan, terutama dalam iya peningkatan daya saing kita dengan bangsa-bangsa lain.
[12] Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber daya Manusia.H.A.Malik Fadjar.Wacana Ilmu dan Pemikiran.Jakarta.Juli 1999
[13] Al-Qur’an Tarjamah Departemen Agama RI
[14] Islam dan Tentangan Kemanusiaan Abad Xxi.DR.Chairil Anwar.Yogyakarta.2000
[15] Belajar Islam di Amerika.DR.H.M.Atho Mudzhar.Pustaka Panji Mas.Jakarta.
Tahap proses terjadinya manusia
Wujud asal manusia berawal dari sebuah sel tunggal di dalam rahim seorang ibu dan sebuah wujud yang sangat lemah dan bahkan membutuhkan suatu perlindungan serta kedamaian yaitu sebuah serbuk kecil lebih kecil lagi sebutir garam yang kemudian sel itu membelah menjadi dua dan membelah lagi menjadi empat, delapan enam belas dan seterusnya hingga menjadi sebuah gumpalan darah dan sel itupun membentuk sebuah daging dan kemudian membentuk mata, tangan dan lain sebagainya, dia tumbuh lebih dari 100 meter sel pertama, proses ini terjadi kita diciptakan dari setes air dalam Ayat Al-Qur’an surat Al-Qiyamah:36-40 Allah berfirman yang artinya : “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungann jawab)?.Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim).Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya.Lalu Allah menjadikan sepasang lelaki dan perempaun. Bukankah (Allah yang berbuat)demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati.”
Kejadian awal ini adalah berawal dari dalam tubuh seorang wanita yang biasa disebut ovarium sebagai suatu proses pematangan sel telur, yaitu pertama-tama sel telur melewati tuba fallopi yang sangat jauh dan akhirnya sampai kerahim sanga ibu sebelum sampai kedalam sel-sel halu (silia) pula yang menghantarkan dengan kelembutan yang sangat luar biasa, sehingga dalam waktu 24 jam tidak sampai kepada rahim ibu tersebut maka akan terjadi kegagalan pembuian dalam kandungan sehingga tidak menjadi manusia yang baru.
Masa pembuahan sperma
Jika kita cermati seperma seperti rangkaian subauah mesin yang sangat canggih yang dilindungi pelindung yang pertama dan pelindung kedua sebagai pelindung inti yang membawa kromoson laki-laki, yang mana harus bergabung dengan 23 dari kromosom wanita agar terbentuknya sebuah janin, sedangkan bahan dasar manusia harus ada 46 kromosom, dari 2 pelindung itu melindungi dari marabahaya selama perjalanan menuju sel telur tapi dibawah kepala seperma tersebut terdapat sebuah mesin yang memiliki tenaga yang sangat kuat dan terhubung dengan ekor sperma, dan daya yang dihasilkan mesin itu menjadi putaran ekor seperti kipas angina sehingga dapat meluncur dengan cepat dengan bahan baker glukosa tersedia selama perjalanan menuju ke rahim.
Dengan desain yang amat sangat sempurna ini sperma dengan cepat mengarah kepada sel telur, perjalanan sperma kita bisa ibaratkan seperti sebuah motor bout air yang berkekuatan tinggi, pembuatan mesin-mesin sperma ini di buat sangat ahli yaitu Allah SWT. Di dalam testis terdapat sebuah tabung yang berisikan pembentukan sperma, akan tetapi anehnya sperma yang tidak memiliki sebuah pikiran dan otak mampu melakukan suatu peradaptasian dengan sel-sel rahim yang ada dalam tubuh wanita tanpa di beri tahu terlebih dahulu.
Pada proses pembentukan
Pembentukan serta bahan bakar mereka dari mana kalau bukan dari sang maha pencipta yang sengaja untuk kelestarian manusia dari kepunahan. Mantan dosen : Prof.Dr.Cavet Babuna .Univ.of istambul.mengatakan “sel-sel sperma dibuat dalm sel tubuh sang ayah, tapi pungsi sel sperma ini di lakukan pada tubuh sang ibu sejak dunia ini dimulai, dan didalam sejarah umat manusia tidak ada sperma berkesempatan kembali pulang pada tubuh sang ayah setelah melakukan tugasnya tentang apa yang telah mereka lakukan, kesulitan apa yang mereka hadapi, atau apa tugas mereka, jadi kalau begitu bagaimana sperma memiliki sel-sel struktur yang sangat berbeda dalam tubuh, bagai mana sel sperma mengetahui bahwa ia mengangkut muatal dari tubuh ayah kedalam ibu , kemudian di jadikannya hidup, sehingga bagian kepala sel sperma itu harus memiliki sebuah pelingdung yang amat kuat, bagaimana sel sperma mengetahui bahwa aia akan menembus membrane sel lain, serta membawa senjata kimiayang terpasang di balik pelindung, jadi anda tahu dalam struktur sel ini dalam peristiwa itu yang dialami bukan hasil sebuah kebetulan ini adalah bukti paling jelas bahwa Allah memberikan tugas ini kepada sel-sel sperma tersebut.
Dalam surat Al-Waqi’ah Allah berfirman pada ayat 57-59 yang artinya sebagaimana berikut : ”Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?. Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kmukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?”.
Sulitnya perjalanan sperma
sekitar 270 juta sperma dalam satu waktu dikirimkan kerahim ibu angka ini sengaja oleh Allah dibuat tinggi karena mereka akan menghadapi hal-hal yang mematikan, Karen terdapat Zat-zat asam di dalam rahim ibu yang mengakibatkan kematian sperma dalam beberapa menit saja karena dinding rahim ibu dilindungi suatu zat asam, sehingga sebagian sperma yang berjumlah 270 juta tadi akan mati, karna senyawa asam yang ada dalam rahim ibu sangatlah penting bagi kesehatan rahim ibu dan mampuh membunuh jutaan sperna yang ingin masuk, pada peristiwa ini pembuahan tidak akan terjadi, akan tetapi Allah SWT menciptakan sperma, juga menciptakan pencegahnya pula dengan senyawa basa di tambahkan pada saat didalam perkembangan ayah, senyawa itu dapat menetralisir asam yang berada dalam rahim ibu sehingga sejimlah sperma pun lolos dan kedalam sulofis, akan tetapi bangaimana sperma itu akan menemukan rahim tersebut.
Akan tetapi sel telur itu mengeluarkan suatu sinyal zat yang untuk mencari sperma yang berada pada 15 cm kearah telur tersebut / dua sel yang berbeda yang tadinya belum sama sekali mengenal akan tetapi dengan sendirinya ia akan berkominikasi dengan baik sehingga terjadilah pembuahan
Dalam hal penyatuan
sekitar 100 sperma berhasil mencapai rahim namun perlombaan belum selesai dalam 100 sperma tersubut hanya satu saja yang akan diterima atau yang akan berhasil di izinkan untuk masuk kedalam telur, ada pelindung yang sangat keras yang mengelilingi sel telur yang sukar di tembus dan untuk mengatasi hal seperti itu dikepala sperma tersebut menyediakan sebuah zat cairan yang menjadi senjata ampuh yang terbuat dari enzim-enzim yang fungsinya sebagai pembuat lubang pada pelindung telur pertama, dan punsi pelindung yang kedua berpungsi untuk menmbus kulit telur dalam rahim sang ibu, jika kita lihat dengan mikroskop electron sperma memiliki pelindung yang berwarna merah dan kemudia pelindung itu melebur dengan sendirinya.
Pertemuan itu belum berakhir sampai disitu keajaiban yang lain pun akan terjadi sperma melapaskan ekornya karna jika tidak melepaskan ekornya tersebut maka akan merusak-rusak sel telur, melepaskannya persis seperti pada saat melepaskan tangki bahan baker pada pesawat ulang alik di luar angkasa, keajaibannya adalah kapan waktu yang tepat untuk melepaskasn ekornya tersebut. Apalagi sperma tersebut tidak memiliki otak dan perlengkapan canggih untuk hal seperti itu melainkan atas kebesar Allah SWT, yang melepaskan ekornya pada saat yang tepat dan peleburan sperma dan sel telur terjadi dalam ratusan sistem yang amat luar biasa yang telah direncanakan oleh sang khalik sehingga tidak dapat ruang untuk suatu kebulan saja, banyak orang tidak menyadari hal tersebut bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT.
Masa embrio
Letak sperma dan sel telur bersebelahan pada saat di buahi dan prose situ akan menjadi manusia baru dan penggabungan pun telah terjadi maka sel telur akan membelah dan membelah lagi menjadi 4 sel tetapi untuk bebrapa sel lagi memutuskan untuk membelah dan sehingga membentuk manusia baru dalam rahim, siapa yang memerintahkan utnuk pembentukan seperti itu? Pertanyaan ini sangat menghantarkan kepadakita tentang keberadaan Allah SWT, sedangkan gumpalan darah itu dinamakan oleh ilmu kedokteran itu dinamakan zigot dan sel-sel yang berada di tengah-tengah membentuk satu sama lain dengan bentuk menjadi satubnetuk dan bentuk itu disebut embrio dan sel-sel yang lain akan membentuk plasenta untuk memberikan makan pda embrio pembentukan plasenta dan embrio bagi ilmu-ilmu pengetahuan asebagai kajaiban yang sangat besar itu semua ada suatu perintah yang amat besar di balik pembuahan zigot berpindah tempatnya kerahim ibu yang khusus baginya untuk keamanan yang ketat, embrio menempel pada rahim dengan zat-zat tertentu.
Dalam surat Al-‘Alaq Allah berfirman ayat :1-3 yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah”.
Al-‘alaq dalam bahasa Al-qur’an untuk menyatakan suatu fase pertama dalam rahim seorang ibu dalam bahasa arab “’Alaqah: yaitu sesuatu yang menempel pada sesuatu tampak pada kata ini digunakan sebagai gambaran nama parasit tertentu yang menempel pada kulit lalu menghisap darah, oleh karena itu dengan keterbatasan ilmu pengetahuan pada saat itu hanya dapat mengetahui sebuah zigot saja, hal ini memmbuktikan bahwa Al-qur’an sebagai firman Allah SWT.
Makhluk bersel-satu pun berkembang biak dengan cara membelah diri mereka dan membentuk suatu yang mirip mereka sendiri, dalam hal ini manusia pun sama pada saat perkembangan pembuahan dalam rahim ibu, ketika selama satu minggu bertemulah sel-sel satu dengan yang lain hal ini banyak sekali pembentukan-pembentukan yang terjadi terutama dalam pembentukan pada otak yang mana dalam perkembangan otak tersebut dalam setiap menitnya menghasilkan sel baru sebanyak 100 ribu sel-sel di tambahkan, anehnya sel-sel lain pun tahu akan dimana ia akan menyatukan dirinya masing-masing dan pada akhirnya didalam otak kita ada 100 triliun sambungan sel-sel dalam otak kepala kita.
Proses pembentukan dalam rahim ibu tidak sampai disitu saja akan tetapi terus mengalami perubahn demi perubahan dan sel-sel lain pun berkembang dengan sempurna dan membentuk organ-organ seperti jantung dan jantung pun diciptakan terus-menerus berdetak hingga pada akhirnya sel-sel pembuluh darah itu yang terjadi secara sempurna hingga mengaliri ke seluruh wilayah tubuh bayi dalam kandungan.
Dan pembuluh darah yang ada pada tubuhnya panjangnya sekitar 4000 KM hamper menyerupai panjang diagonal bumi kita ini, dan pada minggu kelima terbentuklah tonjolan yang merupakan suatu bentuk tangan terlihat akan tetapi sel-sel lain pun melakukan bunuh diri secara masal pada saat pembentukan tangan ternyata tujuannya adalah sangat penting yaitu bangkai sel-sel yang melakukan bunuh diri itu menjadi ruang-ruang jari jemari kita, dan kemudian sel-sel mulai membentuk kaki juga padahal tanpa ada yang memerintahkan untuk membentuk seperti itu, hal ini membuktikan bahwa itu semua terjadi karna ada yang maha pencipta.
Pada usia kandungan empat bulan meulailah pembentukan organ-organ dekepala serta otak dan panca indra yang kita kenal sekarang sepeti mat, telinga, dan lain sebagainya sehingga sempurnalah ciptaan itu tiada cacat lagi baik, seperti contoh mata diciptakan untuk melihat atas kebesaran Allah SWT. Dan telinga sebagai soun sistem yang amat luarbiasa hingga kita dapat mendengar dengan jelas dimana dalam Ayat Al-Qur’an dalam surat An-Nahl:78 yang artinya:”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengkihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Dalam penelitian ilmiah ini sangat lama sekali hingga memekan waktu 30 hingga 40 tahun dan informasi ini telah membanutu tentang keajaiban baru tentang terjadinya tulang belulang dalam proses perkembangan bayi dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Mu’minun:14 yang artinya adalah :”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.
Dalam hal itu bayi mengalami tiga proses yaitu dalam buku embriologi sebagai berikut “
1. pre-embryonic ( pada masa 2,5 minggu pertama )
2. embryonic ( 2,5 minggu pertama sampai minggu ke 8 )
3. janin ( minggu kedalapan hingga masa kelahiran )
penelitian itu telah terbukti dalam ayat Al-Qur’an surat Az-zumar:6 sebagai mana berikut :”Dan menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan dari padanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak.Dia menjadikan kamu dalam perut ibunu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.Yang (berbuat) demikian itu adalah selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”.
Plasenta
Plasenta yang mengelilingi rahim ibu secara teknologi canggih karya-Nya dan memiliki dari segala kebutuhan sang bayi plasenta sebagai mesin multi dimensi manfaatnya yang bersamaan ia adalah desain ajaib agar sang bayi tetap hidup diantara tugasnya adalah melindungi embrio, dan dalam tali arteri (ari-ari) terdapat satu pembuluh darah pena yang berpungsi , membawa makanan dan oksigen ke embrio, sedangkan pembuluh darah alteri berpungsi sebagai pembuang karbon dioksida yang mengeluarkan sisa-sisa makanan dari tubuh sang bayi, itu semua terjadi tanpa diketahui oleh sang bayi dan sang ibu pada saat kehamilan.
Masa kelahiran
Sesuan dengan datang bulan tertentu si bayi akan mengalami kehidupan luar kandungan ini adalah tahap akhir dari sebuah proses, akan tetapi si bayi mengalami sebuah bencana besar yaitu bayi berda pada posisi diantara kedua belah tulang pinggul sang ibu, karna kepala si bayi dipaksa untuk keluar akan tetapi Allah menciptakan keamanan yang khusus dan sangat luar biasa yaitu tulang-tulang kepala yang bersifat lunak, sehingga kepala sang bayi pun ketika keluar bisa dan mampu memposisikan keadaan yang mengerikan.
Semua ini sudah termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur’an sejak 1400 tahun yang lalu akan tetapi banyak orang yang tidak sadar bahwa sesungguhnya pada semua yang kita lihat kita dengan dan kita raba pada hakekatnya sudah tercantum di dalam kitab-Nya. Jelas betul dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Qiyaamah :38-39 yang artinya : “ kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya.Lalu Allah menjadikan sepasang lelaki dan perempaun.”. subhanallah Allah Maha Besar atas segala ciptaannya, mudah mudahan kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas karunia-Nya.Amin.
Referensi :
Ø Al-Qur’an dan Terjemahnya.Depag RI.CV.Toha Putra Semarang. Juli 1989.
Ø Harun Yahya Series VCD. PT.Nada Cipta Raya. Juli 2003
Kejadian awal ini adalah berawal dari dalam tubuh seorang wanita yang biasa disebut ovarium sebagai suatu proses pematangan sel telur, yaitu pertama-tama sel telur melewati tuba fallopi yang sangat jauh dan akhirnya sampai kerahim sanga ibu sebelum sampai kedalam sel-sel halu (silia) pula yang menghantarkan dengan kelembutan yang sangat luar biasa, sehingga dalam waktu 24 jam tidak sampai kepada rahim ibu tersebut maka akan terjadi kegagalan pembuian dalam kandungan sehingga tidak menjadi manusia yang baru.
Masa pembuahan sperma
Jika kita cermati seperma seperti rangkaian subauah mesin yang sangat canggih yang dilindungi pelindung yang pertama dan pelindung kedua sebagai pelindung inti yang membawa kromoson laki-laki, yang mana harus bergabung dengan 23 dari kromosom wanita agar terbentuknya sebuah janin, sedangkan bahan dasar manusia harus ada 46 kromosom, dari 2 pelindung itu melindungi dari marabahaya selama perjalanan menuju sel telur tapi dibawah kepala seperma tersebut terdapat sebuah mesin yang memiliki tenaga yang sangat kuat dan terhubung dengan ekor sperma, dan daya yang dihasilkan mesin itu menjadi putaran ekor seperti kipas angina sehingga dapat meluncur dengan cepat dengan bahan baker glukosa tersedia selama perjalanan menuju ke rahim.
Dengan desain yang amat sangat sempurna ini sperma dengan cepat mengarah kepada sel telur, perjalanan sperma kita bisa ibaratkan seperti sebuah motor bout air yang berkekuatan tinggi, pembuatan mesin-mesin sperma ini di buat sangat ahli yaitu Allah SWT. Di dalam testis terdapat sebuah tabung yang berisikan pembentukan sperma, akan tetapi anehnya sperma yang tidak memiliki sebuah pikiran dan otak mampu melakukan suatu peradaptasian dengan sel-sel rahim yang ada dalam tubuh wanita tanpa di beri tahu terlebih dahulu.
Pada proses pembentukan
Pembentukan serta bahan bakar mereka dari mana kalau bukan dari sang maha pencipta yang sengaja untuk kelestarian manusia dari kepunahan. Mantan dosen : Prof.Dr.Cavet Babuna .Univ.of istambul.mengatakan “sel-sel sperma dibuat dalm sel tubuh sang ayah, tapi pungsi sel sperma ini di lakukan pada tubuh sang ibu sejak dunia ini dimulai, dan didalam sejarah umat manusia tidak ada sperma berkesempatan kembali pulang pada tubuh sang ayah setelah melakukan tugasnya tentang apa yang telah mereka lakukan, kesulitan apa yang mereka hadapi, atau apa tugas mereka, jadi kalau begitu bagaimana sperma memiliki sel-sel struktur yang sangat berbeda dalam tubuh, bagai mana sel sperma mengetahui bahwa ia mengangkut muatal dari tubuh ayah kedalam ibu , kemudian di jadikannya hidup, sehingga bagian kepala sel sperma itu harus memiliki sebuah pelingdung yang amat kuat, bagaimana sel sperma mengetahui bahwa aia akan menembus membrane sel lain, serta membawa senjata kimiayang terpasang di balik pelindung, jadi anda tahu dalam struktur sel ini dalam peristiwa itu yang dialami bukan hasil sebuah kebetulan ini adalah bukti paling jelas bahwa Allah memberikan tugas ini kepada sel-sel sperma tersebut.
Dalam surat Al-Waqi’ah Allah berfirman pada ayat 57-59 yang artinya sebagaimana berikut : ”Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?. Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kmukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?”.
Sulitnya perjalanan sperma
sekitar 270 juta sperma dalam satu waktu dikirimkan kerahim ibu angka ini sengaja oleh Allah dibuat tinggi karena mereka akan menghadapi hal-hal yang mematikan, Karen terdapat Zat-zat asam di dalam rahim ibu yang mengakibatkan kematian sperma dalam beberapa menit saja karena dinding rahim ibu dilindungi suatu zat asam, sehingga sebagian sperma yang berjumlah 270 juta tadi akan mati, karna senyawa asam yang ada dalam rahim ibu sangatlah penting bagi kesehatan rahim ibu dan mampuh membunuh jutaan sperna yang ingin masuk, pada peristiwa ini pembuahan tidak akan terjadi, akan tetapi Allah SWT menciptakan sperma, juga menciptakan pencegahnya pula dengan senyawa basa di tambahkan pada saat didalam perkembangan ayah, senyawa itu dapat menetralisir asam yang berada dalam rahim ibu sehingga sejimlah sperma pun lolos dan kedalam sulofis, akan tetapi bangaimana sperma itu akan menemukan rahim tersebut.
Akan tetapi sel telur itu mengeluarkan suatu sinyal zat yang untuk mencari sperma yang berada pada 15 cm kearah telur tersebut / dua sel yang berbeda yang tadinya belum sama sekali mengenal akan tetapi dengan sendirinya ia akan berkominikasi dengan baik sehingga terjadilah pembuahan
Dalam hal penyatuan
sekitar 100 sperma berhasil mencapai rahim namun perlombaan belum selesai dalam 100 sperma tersubut hanya satu saja yang akan diterima atau yang akan berhasil di izinkan untuk masuk kedalam telur, ada pelindung yang sangat keras yang mengelilingi sel telur yang sukar di tembus dan untuk mengatasi hal seperti itu dikepala sperma tersebut menyediakan sebuah zat cairan yang menjadi senjata ampuh yang terbuat dari enzim-enzim yang fungsinya sebagai pembuat lubang pada pelindung telur pertama, dan punsi pelindung yang kedua berpungsi untuk menmbus kulit telur dalam rahim sang ibu, jika kita lihat dengan mikroskop electron sperma memiliki pelindung yang berwarna merah dan kemudia pelindung itu melebur dengan sendirinya.
Pertemuan itu belum berakhir sampai disitu keajaiban yang lain pun akan terjadi sperma melapaskan ekornya karna jika tidak melepaskan ekornya tersebut maka akan merusak-rusak sel telur, melepaskannya persis seperti pada saat melepaskan tangki bahan baker pada pesawat ulang alik di luar angkasa, keajaibannya adalah kapan waktu yang tepat untuk melepaskasn ekornya tersebut. Apalagi sperma tersebut tidak memiliki otak dan perlengkapan canggih untuk hal seperti itu melainkan atas kebesar Allah SWT, yang melepaskan ekornya pada saat yang tepat dan peleburan sperma dan sel telur terjadi dalam ratusan sistem yang amat luar biasa yang telah direncanakan oleh sang khalik sehingga tidak dapat ruang untuk suatu kebulan saja, banyak orang tidak menyadari hal tersebut bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT.
Masa embrio
Letak sperma dan sel telur bersebelahan pada saat di buahi dan prose situ akan menjadi manusia baru dan penggabungan pun telah terjadi maka sel telur akan membelah dan membelah lagi menjadi 4 sel tetapi untuk bebrapa sel lagi memutuskan untuk membelah dan sehingga membentuk manusia baru dalam rahim, siapa yang memerintahkan utnuk pembentukan seperti itu? Pertanyaan ini sangat menghantarkan kepadakita tentang keberadaan Allah SWT, sedangkan gumpalan darah itu dinamakan oleh ilmu kedokteran itu dinamakan zigot dan sel-sel yang berada di tengah-tengah membentuk satu sama lain dengan bentuk menjadi satubnetuk dan bentuk itu disebut embrio dan sel-sel yang lain akan membentuk plasenta untuk memberikan makan pda embrio pembentukan plasenta dan embrio bagi ilmu-ilmu pengetahuan asebagai kajaiban yang sangat besar itu semua ada suatu perintah yang amat besar di balik pembuahan zigot berpindah tempatnya kerahim ibu yang khusus baginya untuk keamanan yang ketat, embrio menempel pada rahim dengan zat-zat tertentu.
Dalam surat Al-‘Alaq Allah berfirman ayat :1-3 yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah”.
Al-‘alaq dalam bahasa Al-qur’an untuk menyatakan suatu fase pertama dalam rahim seorang ibu dalam bahasa arab “’Alaqah: yaitu sesuatu yang menempel pada sesuatu tampak pada kata ini digunakan sebagai gambaran nama parasit tertentu yang menempel pada kulit lalu menghisap darah, oleh karena itu dengan keterbatasan ilmu pengetahuan pada saat itu hanya dapat mengetahui sebuah zigot saja, hal ini memmbuktikan bahwa Al-qur’an sebagai firman Allah SWT.
Makhluk bersel-satu pun berkembang biak dengan cara membelah diri mereka dan membentuk suatu yang mirip mereka sendiri, dalam hal ini manusia pun sama pada saat perkembangan pembuahan dalam rahim ibu, ketika selama satu minggu bertemulah sel-sel satu dengan yang lain hal ini banyak sekali pembentukan-pembentukan yang terjadi terutama dalam pembentukan pada otak yang mana dalam perkembangan otak tersebut dalam setiap menitnya menghasilkan sel baru sebanyak 100 ribu sel-sel di tambahkan, anehnya sel-sel lain pun tahu akan dimana ia akan menyatukan dirinya masing-masing dan pada akhirnya didalam otak kita ada 100 triliun sambungan sel-sel dalam otak kepala kita.
Proses pembentukan dalam rahim ibu tidak sampai disitu saja akan tetapi terus mengalami perubahn demi perubahan dan sel-sel lain pun berkembang dengan sempurna dan membentuk organ-organ seperti jantung dan jantung pun diciptakan terus-menerus berdetak hingga pada akhirnya sel-sel pembuluh darah itu yang terjadi secara sempurna hingga mengaliri ke seluruh wilayah tubuh bayi dalam kandungan.
Dan pembuluh darah yang ada pada tubuhnya panjangnya sekitar 4000 KM hamper menyerupai panjang diagonal bumi kita ini, dan pada minggu kelima terbentuklah tonjolan yang merupakan suatu bentuk tangan terlihat akan tetapi sel-sel lain pun melakukan bunuh diri secara masal pada saat pembentukan tangan ternyata tujuannya adalah sangat penting yaitu bangkai sel-sel yang melakukan bunuh diri itu menjadi ruang-ruang jari jemari kita, dan kemudian sel-sel mulai membentuk kaki juga padahal tanpa ada yang memerintahkan untuk membentuk seperti itu, hal ini membuktikan bahwa itu semua terjadi karna ada yang maha pencipta.
Pada usia kandungan empat bulan meulailah pembentukan organ-organ dekepala serta otak dan panca indra yang kita kenal sekarang sepeti mat, telinga, dan lain sebagainya sehingga sempurnalah ciptaan itu tiada cacat lagi baik, seperti contoh mata diciptakan untuk melihat atas kebesaran Allah SWT. Dan telinga sebagai soun sistem yang amat luarbiasa hingga kita dapat mendengar dengan jelas dimana dalam Ayat Al-Qur’an dalam surat An-Nahl:78 yang artinya:”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengkihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Dalam penelitian ilmiah ini sangat lama sekali hingga memekan waktu 30 hingga 40 tahun dan informasi ini telah membanutu tentang keajaiban baru tentang terjadinya tulang belulang dalam proses perkembangan bayi dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Mu’minun:14 yang artinya adalah :”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.
Dalam hal itu bayi mengalami tiga proses yaitu dalam buku embriologi sebagai berikut “
1. pre-embryonic ( pada masa 2,5 minggu pertama )
2. embryonic ( 2,5 minggu pertama sampai minggu ke 8 )
3. janin ( minggu kedalapan hingga masa kelahiran )
penelitian itu telah terbukti dalam ayat Al-Qur’an surat Az-zumar:6 sebagai mana berikut :”Dan menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan dari padanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak.Dia menjadikan kamu dalam perut ibunu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.Yang (berbuat) demikian itu adalah selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”.
Plasenta
Plasenta yang mengelilingi rahim ibu secara teknologi canggih karya-Nya dan memiliki dari segala kebutuhan sang bayi plasenta sebagai mesin multi dimensi manfaatnya yang bersamaan ia adalah desain ajaib agar sang bayi tetap hidup diantara tugasnya adalah melindungi embrio, dan dalam tali arteri (ari-ari) terdapat satu pembuluh darah pena yang berpungsi , membawa makanan dan oksigen ke embrio, sedangkan pembuluh darah alteri berpungsi sebagai pembuang karbon dioksida yang mengeluarkan sisa-sisa makanan dari tubuh sang bayi, itu semua terjadi tanpa diketahui oleh sang bayi dan sang ibu pada saat kehamilan.
Masa kelahiran
Sesuan dengan datang bulan tertentu si bayi akan mengalami kehidupan luar kandungan ini adalah tahap akhir dari sebuah proses, akan tetapi si bayi mengalami sebuah bencana besar yaitu bayi berda pada posisi diantara kedua belah tulang pinggul sang ibu, karna kepala si bayi dipaksa untuk keluar akan tetapi Allah menciptakan keamanan yang khusus dan sangat luar biasa yaitu tulang-tulang kepala yang bersifat lunak, sehingga kepala sang bayi pun ketika keluar bisa dan mampu memposisikan keadaan yang mengerikan.
Semua ini sudah termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur’an sejak 1400 tahun yang lalu akan tetapi banyak orang yang tidak sadar bahwa sesungguhnya pada semua yang kita lihat kita dengan dan kita raba pada hakekatnya sudah tercantum di dalam kitab-Nya. Jelas betul dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Qiyaamah :38-39 yang artinya : “ kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya.Lalu Allah menjadikan sepasang lelaki dan perempaun.”. subhanallah Allah Maha Besar atas segala ciptaannya, mudah mudahan kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas karunia-Nya.Amin.
Referensi :
Ø Al-Qur’an dan Terjemahnya.Depag RI.CV.Toha Putra Semarang. Juli 1989.
Ø Harun Yahya Series VCD. PT.Nada Cipta Raya. Juli 2003
AKAL DAN WAHYU BAIK DAN BURUKNYA SERTA UKURANNYA DARI BERBAGAI ALIRAN
Pembahasan
Islam didasarkan kepada kitab wahyu, Qur’an. Apa yang dimaksud dengan wahyu dan apa arti kata Qur’an Wahyu berasal dari kata Arab al-wahy yang berarti suara, bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab. Tetapi kata itu lebih dikenal dalam arti apa yang disampaikan Tuhan kepada nabi-nabi.' Kata Qur'an, bentuk participle (fi’l al-madi) dari kata qara’a, ‘membaca’. Filologis-filologis orientalis mengusulkan bahwa kata qur'an memiliki asal-usul Syria atau Hebrew, tetapi pengamatan ini tidak memodifikasi pengertian yang dituntut oleh konteks qur’anik itu sendiri. 2 Qur’an memiliki nama-nama lain seperti al-kitab (‘Kitab’), al-dzikir (‘peringatan’), al-furqan (‘pembedaan’ atau bukti yang membedakan).
Sewaktu saya masih belajar di gintung, ucapan ustadz yang paling menyenangkan adalah pernyataannya bahwa Islam adalah agama paripurna, Islam tidak hanya mengurusi urusan akhirat, urusan dunia, bahkan urusan kamar kecil, ada aturannya dalam Islam. Ustadz memang tidak mengatakan bahwa akal umat Islam boleh istirahat karena semua urusan sudah diatur wahyu. Tetapi, waktu itu akal sering diidentikan dengan akal-akalan, dengan nafsu. Makanya, sejak awal kita diamit-amit: hati-hati dengan akal, apa yang baik menurut akal belum tentu baik menurut wahyu dan sebaliknya, apa yang dipandang buruk oleh akal belum tentu buruk menurut wahyu.
Sekarang kita menyadari bahwa persoalannya tidak sesederhana seperti itu. Memang benar wahyu mengatur banyak urusan termasuk urusan-urusan kecil, tetapi justru banyak urusan yang besar-besar tidak diatur wahyu; wahyu tidak mengatur bagaimana umat Islam harus bernegara, memilih rajanya, membangun ekonominya, menjaga kelestarian alam, mengatur hak-hak anak, perbudakan , binasalah kewanitaan, hubungan internasional dan sebagainya.
____________________
'Harun Nasution. Akal dan Wahyu Dalam Islam (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), him. 15.
2Mohammed Arkoun,. Rethinking Islam. Diterjemahkan oleh Yudian W. Asmin dan Lathiful Khuluq (Yogyakarta: LPMI, 1996), him. 45-46.
Pemuka Islam modern berkala bahwa apa-apa yang tidak diatur wahyu adalah tugas akal untuk memikirkannya. Yang tidak boleh dicampuri hanyalah apa-apa yang sudah ada ketetapannya dalam Qur’an. Kedudukan akal sangat penting. Agar seseorang bisa membenarkan wahyu ia harus berpikir rasional3. Quran mengkritik orang-orang kafir sebagai orang-orang yang tidak menggunakan akal (5:58, 26:28, 10:100,30:24, 30:28 39:43). Kita sudah familier dengan formula-formula seperti itu.
Di satu sisi kita berpandangan bahwa akal sebenarnya mempunyai kesanggupan untuk menentukan baik dan buruk bahkan dalam urusan-urusan besar, sementara apa yang telah ditetapkan wahyu, walaupun dalam urusan-urusan kecil (soal rambut palsu, berhias, kamar kecil, janggut), akal tidak bisa menentukan baik dan buruk? Bagaimana kalau akal bertentangan dengan wahyu?
Pertentangan akal dan wahyu diselesaikan oleh para filosof Muslim dengan mentakwil wahyu. Apabila hasil kontemplasi bertentangan dengan wahyu, maka wahyu harus ditakwil. Kita (para filosof), kata Ibn Rusyd, berani memastikan seyakin-yakinnya terhadap capatan yang dihasilkan metode burhan. Tetapi, kalau ternyata bertentangan dengan makna lahir teks, maka teks tersebut terbuka untuk menerima pentakwilan4.
Sebelum diundangkan Undang-undang No. 1/1974, kemudahan kawin-cerai dan poligami (poligini) sesuai dengan syariat, telah disalah gunakan oleh umat. Angka penceraian dan poligami menjadi sangat tinggi, Sewaktu Undang-undang tersebut dibicarakan di DPR, timbul perdebatan tentang dicantumkannya keharusan suami yang akan mentalak isterinya untuk meminta izin dari Pengadilan Agama, tentang kebolehan (persyaratan) poligami, tentang harta perkawinan, dan tentang alimony, ‘tunjangan hidup yang harus diberikan suami kepada bekas istrinya’5. Keberatan mayoritas umat Islam adalah anggapan bahwa manusia tidak boleh mencampuri ketetapan wahyu.
Masalah akal dan wahyu adalah sentral untuk kemajuan umat beriman, oleh karena itu masih relevan untuk mernbicarakan kembali pandangan-pandangan ulama klasik tentang kedudukan akal.
___________________
3"Dan apabila kamu sent (mereka) kepada xemhahyang, merckajadikan dia sehagai ejekan dan permainan. Yang demikian itu, karana mcreka kaum yang tidak mempunyai akal" (Q., 5:58).
4Ibn Rusyd Kaitan Filsafat Dengan Syariat,Diterjemahkan oleh Ahmad Shodiq Noor (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), him. 20-21.
5Busthanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 46.
Pandangan Berbagai Aliran
a. AI-Mu’tazilah
Dalam buku-buku klasik tentang ilmu kalam akan dijumpai persoalan tentang fungsi akal dan wahyu dalam kaitan dengan dua masaiah poko yaitu soal mengelahui Tuhan dan soal perbuatan baik dan jahat. Persoalan pertama berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan: Dapatkah akal mengetahui adanya Tuhan? Kalau ya, dapatkah akal merigetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan? Dalam masalah ke dua dipersoalkan tentang kesanggupan akal untuk mcngetahui apa yang baik dan apa yang jahat dan dapatkah akal mengetahui bahwa wajib bagi manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat?
Kauin Mu'tazilah beranggapan bahwa akal memiliki kesanggupan untuk mengetahui semua masalah tadi. Dengan demikian sebelum turun wahyu, manusia punya kesanggupan dan oleh karenanya sudah dibebani kewajiban untuk berterima kasih kepada Tuhan, mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat. Sebagaimana dikutip Harun Nasution, al- Syahrastani dalam bukunya Kitah al-Milal wa al-nihal, menyatakan bahwa kaum Mu’tazilah satu dalam pendapat bahwa kewajiban mengetahui dan berterima kasih) kepada Tuhan dan kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk dapat diketahui oleh akal. Selanjutnya ia menyatakan bahwa Abu al-Huzail dan pemimpin-pemimpin Mu'tazilah yang lain seperti al-Nazzam al-Jubba'i dan anaknya Abu Hasyim berpandangan sama mengenai hal ilu. Golongan al-Murdar bahkan beranggapan lebih jauh lagi. Menurut faham mereka, sungguhpun wahyu belum ada, manusia berkewajiban mengetahui hukum-hukum dan sifat-sifat Tuhan. Orang yang yang tidak mengetahui hal itu dan tidak berterimakasih kepada Tuhan, akan mendapat hukuman kekal dalam neraka6.
Walaupun demikian ada perbedaan yang jelas antara kewajiban-kewajiban yang bisa diketahui dan dimotivisir oleh akal dan kewajiban-kewajiban yang diketahui dan dimotivisir wahyu. Norma-norma yang dikukuhkan oleh akal bersifat universal, sebaliknya norma-norma yang dikukuhkan oleh wahyu adalah bersifat khusus.
_____________________
6 Harun Nasution, Teologi Islam. (Jakarta: Penerbil Universitas Indonesia, 1986), hal. 80-81.
Seseorang dengan menggunakan kecerdasannya dapat mengetahui tujuan yang umum yang seharusnya ia lakukan, tetapi aturan-aturan yang lebih rinci dan tata cara yang diberikan wahyu memberikan pedoman dan bimbingan praktis. Aturan-aturan rinci yang diberikan wahyu akan senantiasa selaras dengan prinsip-prinsip universal yang bisa diketahui akal7. Jadi, walaupun manusia dengan akalnya bisa meyakini adanya Tuhan dan keharusan berterima kasih kepada-Nya, tetapi rituil-rituil khusus dalam beribadat kepada Tuhan hanya bisa diketahui melalui wahyu. Ibn Tuiail, dalam ceriteranya "Mayy Bin Yaqzan", mempunyai pandangan yang sama dengan pandangan Mu'tazilah. Hayy Bin Yaqzan adalah bayi yang dibuang ke pulau tak berpenghuni oleh bapaknya bernama Yaqzan yang hidup di pulau lain. Hayy tidak pernah berhubungan dengan manusia, sampai ia dewasa. la dibesarkan oleh seekor rusa betina, dan ia tumbuh dan belajar dari alam. Dalam usia dewasa ia senang berkontemplasi sampai akhirnya ia meyakini adanya Sang Maha wujud yang wujud-Nya tetap tanpa sebab, bahkan Dia-lah Sebab bagi adanya semua alam. Lebih dari itu ia menyadari bahwa kebahagiaannya berkantung kepada kedekatannya pada-Nya dan pada usaha mcnyerupai-Nya. Karena itu, membanyakan makan termasuk kelakuan yang menjauhkan diri dari keserupaan dengan-Nya, sehingga sering ia tidak makan.
Suatu ketika seorang pemuda bernama Asal, pergi ke pulaunya Hayy. Ia seorang yang taat kepada agama (millat) yang dibawa seorang nabi, ia menyukai pemencilan ('uzlah) dan hidup sendirian (infirad) sebagaimana diajarkan oleh syariat. ia menyenangi pulau tempatnya Hayy karena menduga pulau itu tidak berpenghuni.
Pada pertemuan Asal dengan Hayy, terjadilah suatu keajaiban. Hayy bisa mengerti apa yang diceriterakan Asal tentang syariat, tentang alam ilahi, surga, neraka, kebangkitan, perhitungan, penimbangan amal kelak serta jalan akhiral (sirat). Hayy mengerti semua itu karena tidak berbeda dari hasil persaksiannya. Hayy hanya perlu belajar amal lahirih seperli salat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
______________________
7Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hlm. 210.
b. Al-Asy'ariyah
Dalam aliran Asy'ariah, al-Asy'ari sendiri menolak sebagian besar dari pendapat kaum Mu'tazilah di atas. Menurut pendapatnya segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tak dapat mengetahui bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi manusia. Betul akal dapat mengetahui Tuhan, tetapi wahyulah yang mewajibkan orang mengetahui Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya''.
Asy'ari menerima kenyataan bahwa ada sejumlah kebenaran mengenai alam dan Perancangnya, yang bisa diketahui akal. Misalnya, dengan melulu akal seseorang bisa sampai kepada pengetahuan bahwa dunia ini tergantung, sifat utama Sang Pencipta adalah hidup, dan pengetahuan lain yang bisa mendorong seseorang untuk bisa membenarkan ajakan Nabi-nabi. Tetapi, kita tidak bisa berhenti hanya sampai aspek-aspek yang menunjukkan kcmasukakalan (reasonableness) saja. Kita mcmerlukan wahyu agar perbuatan-pcrbuatan kila sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan. Lebih dari itu, pahala dan hukuman didasarkan kepada kenyataan apakah perbuatan seseorang sesuai atau tidak dengan perintah wahyu.
Pemuka Asy'ariah yang lain seperti al-Baghdadi, berpendapat bahwa akal dapat mengetahui Tuhan, tetapi tidak dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan. Semua kewajiban dapat diketahui hanya melalui wahyu. Oleh karena itu, sebelum turunnya wahyu, tidak ada kewajiban-kewajiban dan tidak ada larangan-larangan bagi manusia. jika seseorang, sebelum wahyu turun, sekiranya dapat mengetahui Tuhan serta sifat-sifatnya dan kemudian percaya kepada-Nya, maka orang demikian adalah mukmin tetapi tidak berhak untuk mendapat upah dari Tuhan. Jika orang demikian dimaksudkan ke dalam surga, maka itu atas kemurahan Tuhan. Jika, sebelum adanya wahyu, orang itu kafir dan atheis, ia tidak mesti mendapat hukuman. Tokoh Asy'arih yang paling berpengaruh, al-jhazali, berpandangan sama. Pandangannya tentang upah dan hukuman (reward and punishment) sebelum adanya wahyu, jelas bertentangan sekali dengan faham Mu'tazilah sebagaimana diutarakan di atas.
Sebagaimana dikutip oleh Harun Nasution dari buku al-Ghazali, "Al-Iqtisadfi al-l'tiqad", paham pemuka Asy'ariah seperti itu rapat hubungannya dengan definisi baik dan jahat. Menurut al-jhazali, suatu perbuatan bersifat wajib kalau tidak dilakukannya perbuatan tcrsebut menimbulkan kemudaratan bagi manusia kelak di akhirat. Mengenai soal baik dan jahat, al-Ghazali menerangkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan diukur dari tujuan pembuat. Suatu perbuatan disebut baik atau juruk, kalau perbuatan tersebut sesuai atau bertentangan dengan maksud pembuat. Karena kita baru bisa mengetahui maksud pembuat hanya melalui wahyu, maka oleh karenanya perbuatan baik kalau buruk hanya diketahui dengan wahyu. Adapun soal mengelahui Tuhan, al-Ghazali menyatakan bahwa wujud Tuhan dapat dikelahui melalui pemikiran tentang alam. hal ini diperkuat oleh keterangannya bahwa obyek pengetahuan terbagi tiga; yang dapat diketahui dengan akal saja, yang dapat diketahui dengan wahyu saja, dan dapat diketahui dengan akal dan wahyu. Wujud Tuhan termasuk kategori pertama, yaitu yang dapat diketahui dengan akal lanpa wahyu12.
Ghazali membedakan 4 macam penggunaan akal. Pertama, akal merupakan kualitas yang dapat membedakan manusia dari binatang dan menyebabkan tumbuh berkembangnya ilmu teoritis. Kedua, sebagaimana dalam matematik, akal memungkinkan kita untuk rnembuat permainan yang tersusun dari ituran-aturan kebenaran yang sudah pasti (necessary truth). Ketiga, yang tidak umum, akal dipersamakan dengan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengalaman dan yang Keempat, akal sebagai pengendali hawa nafsu dan efisiensi dalam mencapai tujuan praktis seseorang. Ghazali menerima suatu kenyataan bahwa paling tidak ada beberapa aturan etika yang termasuk dalam wilayah pengetahuan rasional. Aturan-aluran itu dapat menjelaskan dengan baik tentang bagaimana orang yang manusia hidup bersama. Tetapi, Ghazali sangat berpegang teguh pada pendirian yang menekankan pentingnya taat kepada wahyu, semata-mata karena itu perintah, terlepas dari penilaian manusia. Memang benar, beberapa perintah seperti zakat, misalnya, memiliki tujuan rasional yang sangat kuat, tetapi perintah-perintah yang lain seperti melempar setan di Mina harus dilaksanakan semata-mata karena itu perintah.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di antara pengikut-pengikut al-Asy'ari terdapat persesuaian faham bahwa yang dapat diketahui akal hanyalah wujud Tuhan. Ketiga soal lain (yaitu kewajiban berterima kasih kepada Tuhan, mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat, dan kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat) hanya bisa diketahui melalui perantaraan wahyu.
c. AI-Maturidiyah
Timbulnya aliran Asy'ariayah dianggap merupakan reaksi terhadap aliran Mu'tazilah. Al-Maturidi yang merupakan salah satu tokoh aliran Asy’ariah memunculkan pemikiran yang berbeda dengan pemikiran Asy'ariyah. Pikiran al-Maturidi ini dinilai lebih dekat kepada Mu'tazilah dalam pandangannya tentang kedudukan akal dan wahyu. Mungkin lebih tepat untuk disebut sebagai aliran yang mengambil jalan tengah antara Asy'ariayah dan aliran Mu'tazilah. Pemikirannya kemudian dikenal dcngan aliran Maturidiyah Samarkand. Sementara pemahaman al-Maturidi lebih dekat kepada faham Mu'tazilah, salah seorang pengikutnya, al-Bazdawi, mengembangkan faham yang lebih dekat dengan Asy'ariayah. Walaupun pemikiran al-Bazdawi ini biasa juga disebut Bazdawiah, tetapi lebih dikenal dengan sebutan Maturidiyah Bukhara karena fahamnya berkembang di wilayah Bukhara. Aliran Maturidiyah Bukhara kurang mendapat perhatian khusus, umumnya para pembahas menyatukan kedua aliran tersebut sebagai al-Maturidiyah saja.
Abu Mansur AI-Maturidi (Diperkirakan lahir tahun 852 M) beranggapan bahwa akal dapat mengetahui Tuhan dan beriman kepada-Nya. Sebelum turun wahyu, iman kepada Tuhan dan bcrterima kasih kcpada-Nya wajib dengan akal. Akal bisa rnengetahui sifat baik dari yang baik dan sifat buruk dalam yang buruk. Dengan demikian akal juga tahu bahwa berbuat jahat adalah jahat dan berbuat baik adalah baik. Sampai batas ini pandangan al-Maluridi sama dengan pandangan Mu’tazilah. Pandangannya berbeda ketika ia menjawab pertanyaan, sanggupkah akal mengetahui (kewajiban manusia untuk berbuat baik dan kewajiban menjauhi perbuatan jelek) Al-Maturidi beranggapan akal tidak akan sanggup kewajiban untuk berbuat baik dan kewajiban menjauhi perbuatan jelek. Kewajiban ini hanya bisa diketahui melalui wahyu
Al-Bazdawi sepaham dengan al-Maturidi dalam hal kemampuan akal manusia untuk mengetahui adanya Tuhan dan mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi, al-Bazdawi berpendapat bahwa sebelum datangnya wahyu tidak ada kewajiban mengetahui Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya. Dengan sendirinya, manusia juga tidak diwajibkan untuk mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan jahat. Menurutnya, kewajiban-kewajiban hanya ditentukan oleh Tuhan dan ketentuan-ketentuan Tuhan itu hanya dapat diketahui melalui wahyu.
Alasan al-Bazdawi bahwa sebelum adanya vvahyu manusia belum diwajibkan untuk mengetahui dan berterima kasih kepada Tuhan dan belum diwajibkan untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi kejahatan (walaupun kesemuanya bisa diketahui akal) adalah ayat 134 surah Tha-haa.Derdasarkan ayat ini kewajiban-kewajiban tidak ada sebelum pengiriman rasul-rasul dan dengan demikian percaya kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu tidak wajib.
Dibandingkan dengan pemahaman lainnya, posisi al-Bazdawi bisa dilihat dalam tabel dibawa ini:
Aliran
Mengetahui Tuhan
Kewajiban Mengetaui Tuhan
Mengetahui Baik dan Jahat
Kewaj. Menger. Baik & Menj. jahat
Mu'tazilah
akal
akal
akal
akal
Asy'ariah
akal
wahyu
wahyu
wahyu
Al-Maturidi
akal
akal
akal
wahyu
Al-Bazdawi
akal
wahyu
akal
wahyu
B.Kesimpulan
Setiap orang dilengkapi dengan akal, tetapi tidak setiap orang memiliki akses yang sama terhadap wahyu. Seseorang yang dilahirkan dari orang tua Muslim dan dibesarkan di tengah-tengah masyarakat Muslim akan menjadi seorang Muslim yang baik, selama ia mau menjadi anak yang baik atau menjadi seperti orang lain disekitarnya Berbeda, tentu saja, dengan seseorang yang lahir dari orang tua yang ateis di tengah-tengah masyarakat komunis Rusia, hanya mukjizat yang bisa membawa ia menjadi seorang Muslim.
Tidak ada yang beranggapan bahwa,orang-orang yang tidak kesampaian wahyu akan disiksa kelak di akhirat, juga tidak ada yang beranggapan mereka semua akan masuk surga. Tetapi, apakah Tuhan cukup adil dengan memperlakukan orang yang tidak kesampaian wahyu seperti binatang (terbebas dari pengadilan Tuhan, terbebas dari hisab). Bagaimana sikap mental kita seandainya ada firman Tuhan (untuk mereka yang tidak kesampaian wahyu): "Sama saja untuk kalian apakah engkau curi barang milik tetanggamu atau engkau kasihi mereka, apakah engkau minum "vodka" atau mejadi sukarelawan di rumah jompo, kalian semua tidak akan dihisab".
Mu'tazilah menjawab persoalan ini dengan menyatakan bahwa orang-orang yang tidak kesampaian wahyu pun dihisab. Sesuai dengan tuntunan akalnya, mereka wajib bertingkah laku benar. Akal sanggup niembimbing manusia untuk menciptakan norma-norma kehidupan bersama, menentukan tolak-ukur (yardstick) perilaku baik dan buruk, meyakini adanya Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya. Manusia wajib mengikuti norma-norma itu, karena hanya dengan cara demikian kehidupan bersama yang baik bisa diwujudkan.
Dalam konteks kehidupan sekarang, pandangan Mu'tazilah lebih realistis. Secara demonstratif negara-negara maju menunjukkan superioritasnya. Ternyata akal telah sanggup menjadikan mereka superior bukan saja dalam bidang sains, teknologi, dan ekonomi, tetapi juga dalam bidang-bidang yang selama ini merupakan bagian garapan wahyu meningkatkan perilaku baik (kebersihan, keadilan, kejujuran) dan memerangi perilaku buruk (dusta, tidak menepati janji, korupsi). Korupsi merajalela bukan saja di negara-negara yang mayoritas penduduknya kafir, atau instansi-instansi yang rnengurusi masalah profan, tetapi juga di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim dan instansi yang mengurus soal zakat dan haji. Tetapi, terbukti korupsi bisa ditekan sampai batas minimal dan kebersihan dan disiplin penduduk ditingkatkan di negara-negara dimana low enforcement berhasil ditegakkan. Strict enforcement dari hukum ternyata lebih penting dari persoalan apakah hukum tersebut merupakan produk akal atau produk wahyu.
Kalau dalam masalah duniawi akal punya peranan yang dominan, tidak demikian halnya dalam masalah ibadah dan akidah. Pengalaman kita mengantarkan kita pada suatu kesadaran tentang betapa rapuh dan betapa tidak pastinya hidup ini. Perasaan takut akan menjadi bangkai, akan ditinggalkan atau meninggalkan orang-orang yang kita kasihi, akan senantiasa membayangi kehidupan kita. Walaupun kita tidak pernah tahu kapan ketakutan itu akan terjadi, tetapi kita yakin itu pasti terjadi. Semakin kita berusaha untuk melupakan betapa rapuhnya hidup ini, semakin kuat ketakutan itu muncul ke permukaan. Oleh karena itu, manusaia membutuhkan kepercayaaan kepada yang gaib. Kepercayaan tersebut akan menentramkan naluri dasar rasa takut ( basic fear). Akal membimbing manusia kepada iman, bukan karena yang diimani itu rasional, tetapi karena iman kepada yang gaib itu sangat diperlukan. Iman itu sendiri timbul karena seseorang mau menunda untuk memperoleh jawaban rasional terhadap berbagai pertanyaan rasional. Makanya, dalam Islam, "yang gaib" bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk diimani. Walaupun akal yang membimbing seseorang untuk beriman kepada yang gaib, tetapi wilayah gaib bukan domain-nya akal, tetapi wahyu.
Karena usaha para filosof untuk menjelaskan masalah eskatologi dengan akal, maka hasilnya adalah kehidupan akhirat yang gersang, tidak menarik. Qur’an sendiri menyalakan semua berita akhirat itu sebagai "kabar gembira" dan "kabar menakutkan". Oleh karena itu, saya merasa lebih komfortabel, lebih nyaman, dengan gambaran alam gaib menurut wahyu, biarkan Tuhan benar adanya, let God be true.
Clarence Darrow menyatakan bahwa kebangkitan tubuh adalah mustahil karena untuk membangkilkan tubuh-tubuh itu, Tuhan harus mengumpulkan semua unsur tubuh manusia yang sudah diserap tubuh-tubuh yang lain. Dalam bidang ekologi, kita mengenal food-chain. Bangkai manusia akan mengalami dekomposisi menjadi hara yang merupakan makanan bagi tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan akan menjadi makanan hewan dan hawan menjadi makanan manusia dan selanjutnya. Rantai itu bulat dan utuh, tidak terputus. Jadi kalau seorang saja manusia dibangkitkan berarti berapa banyak hewan, tumbuhan, dan manusia lain harus mati. Sikap Darrow telah diantisipasi oleh Qur’an. "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh itu?" (Q., 36:78).
Menurut pandangan saya, hubungan akal dan wahyu adalah hubungan sikuensial (sequential). Salah satu memulai perannya pada saat yang lain menghentikan peranannya. Akal dan wahyu memiliki wilayah integritasnya masing-masing dan keduanya tidak bisa dipertentangkan.
C.DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Afifi Fauzi, "Abu Manshur al-Maturidi dan Pemikirannya", Sejarah Pemikiran Dalam Islam. Teologi/llmu Kalam, ed. H.M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas. Jakarta: Pustaka Antara,1996.
Arifm, Busthanul., Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Nasution, Harun, Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: Penerbit Universilas Indonesia, 1986
'Teologi Islam, Alirun Aliran Sejarah Analisa perbandingan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986.
Nasution, Hasyimsyah, "Al-Asy’ariyah: Perkembangan Selanjutnya", Sejarah Pemikiran faham jslam. Teologi/llmu Kalam, ed. II.M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas. Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
Rusyd, Ibn, Kaitan filsafat Dengan Syariat. Diterjemahkan oleh Ahmad Shodiq Noor. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), hlm. 210.